Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt. merupakan rukun yang keempat dalam rukun iman. Sebelum kita mempelajari tentang pengertian Iman kepada Rasul-rasul Allah Swt., ada baiknya kita mengingat kembali tentang pengertian Rasul dan Nabi.
Rasul adalah Manusia pilihan Allah Swt. yang diangkat sebagai utusan untuk menyampaikan firman-firman-Nya kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman hidup. Sedangkan Nabi adalah Manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah Swt. untuk dirinya sendiri tapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pada umatnya.
Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt. berarti mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan umat manusia yang dipilih oleh Allah Swt. sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluk-Nya. Akan tetapi mereka semua tetap seperti manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karena itu, menyembah para nabi dan rasul dilarang dan merupakan kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui bahwa setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya
Nama-nama Nabi dan Rasul Allah yang wajib diketahui dapat dibaca pada artikel tentang nama-nama nabi dan rasul. Adapun pengertian iman kepada Allah Swt. dapat dibaca pada artikel pengertian iman kepada Allah Swt. dan penjelasannya dalam AlQuran,
Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari Abi Zar r.a. bahwa Rasulullah saw. saat ditanya tentang jumlah para nabi, beliau menjawab, “Jumlah para nabi itu adalah 124.000 nabi, sedangkan jumlah rasul 315" Sementara At-Turmuzy meriwayatkan hadis dari Abi Zar r.a. juga menjelaskan bahwa Rasulullah saw. menjawab, “Jumlah para nabi itu adalah 124.000 nabi, sedangkan jumlah rasul 312.”Jumlah nabi yang mendapat gelar ulul azmi ada lima, yaitu: Nabi Nuh as., Ibrahim as., Musa as., Isa as., dan Muhammad saw.
Mengimani rasul-rasul Allah Swt. adalah kewajiban hakiki bagi setiap muslim karena merupakan bagian dari rukun iman yang tidak dapat ditinggalkan. Sebagai perwujudan iman tersebut, kita sebagai muslim yang taat wajib menerima ajaran yang dibawa rasul- rasul Allah Swt. tersebut. Perintah beriman kepada rasul Allah terdapat dalam surah an-Nisa/4: 136
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab- Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S. An-Nisa/4: 136)
Dalam ranah mengapa kita harus mengimani Alquran dan Rasul, kita dapat mengambil hakikat untuk apa alquran diturunkan ke dunia dan mengapa harus melalui manusia yang jelas–jelas sama seperti kita, tidak melalui makhluk lain, misalnya malaikat atau jin yang baik. Kitab – kitab Allah yang turun berangsur–angsur yang merupakan risalah dari Allah swt. melalui rasulnya pastilah akan mencapai yang sempurna (yang sesempurnanya) yaitu alquran al karim, lalu untuk apa alquran itu diturunkan ke bumi kalau hanya untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah dan kemudian untuk apa pula diimani. Memang benar, kalau hanya untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah buat apa alquran di turunkan ke dunia ini, sedangkan memakai hati nurani pun kita sudah cukup untuk mengetahui mana yang buruk dan mana yang salah. Sedangkan menurut saya beriman kepada kitab suci adalah kasih sayang Allah kepada kita (makhluk Allah yang paling sempurna) agar tidak tersesat dan memiliki pedoman dalam hidupnya. Tetapi apakah manusia dapat menjamin bahwa hidup mereka akan baik dan benar ataupun sukses apabila hanya di bimbing oleh akal dan hati nurani dan apakah manusia dapat menjamin bahwa hidupnya tidak akan pernah lupa dan lengah?. Itulah sebabnya kitab suci berulang–ulang mengatakan bahwa kitab suci befungsi sebagai li dzikri (pengingat). Karena manusia tidak akan luput dari yang namanya lupa dan lengah. Namun argumen ini menyimpan titik lemah kalau hanya sebatas pengingat, setelah manusia lupa melakukan kesalahan mereka pasti akan di tegur oleh nalar dan nuraninya untuk tidak melakukan hal yang seperti itu lagi. Jadi buat apa kitab suci kalau hanya sebatas pengingat saja bagi mereka.
Untuk menyampaikan risalah dan syariat–syariat yang termuat dalam kitab–kitab suci dan sekaligus sebagai suri tauladan, Allah pun memilih seorang rasul di antara para makhluk-Nya untuk disampaikan kepada manusia yang ada di bumi. Disini timbul pertanyaan yang membuat telinga kita gerah juga yaitu mengapa rasul juga harus kita imani sedangkan ia hanyalah sebagai penyambung dari risalah Allah kepada manusia yang lainnya, lagi pula nabi juga hanyalah manusia biasa seperti hal nya kita dari segi rupa, jiwa dan akal. Untuk menjawab pertanyaan tersebut bisa di analogikan seperti ini. Setelah manusia menerima adanya Allah yang maha esa mereka membutuhkan informasi yang pasti untuk bisa berhubungan dengannya. Karena kasih sayangnya lah Alalh menurunkan kitab suci. Tak hanya sampai disini, kasih sayang Allah pun berlanjut dengan memilih manusia tertentu untuk menyampaikan risalah-Nya sekaligus untuk menterjemahkan semua risalah-Nya tersebut di dunia. Seandainya para nabi tidak sama dengan kita (manusia biasa seperti kita) tidak mungkin kita dapat mencontoh cara berhubungan dengan Allah Swt. secara benar dan tidak mungkin pula kita dapat mengambil teladan darinya. Andai saja para rasul hanya menyampaikan risalah Allah sedangkan mereka tidak menerapkan dalam kehidupan sehari hari ”kita bisa teriak dan tidak mempercayainya”. Karena sesungguh nya segala tindak tanduk dari para rasul adalah cerminan dari kitab suci tersebut khususnya nabi besar Muhammad Saw, semua aktifitas dan kehidupan sosial yang beliau terapkan di dalam masyarakat adalah Al-Quran itu sendiri. Kata–kata beliau menyatu dengan perbuatannya.
Sebagaimana kita ketahui para sahabat menerima kerasulan Muhammad Saw. secara mutlak, ini bukan karena mereka bodoh menerima begitu saja kerasulan Muhammad, justru mereka sangat lah cerdas. Pertama mereka beriman karena apa yang dibawa oleh muhammad yakni Al Quran, adalah sesuatu yang agung. Para sahabat sadar benar bahwa Al Quran tak mungkin ciptaan muhammad dengan segala keindahan makna dan pelafassannya, kerena muhammad tidak bisa membaca dan menulis. ”Muhammad telah di pilih Allah” demikian keyakinan para sahabat kalau boleh dibahaskan. Justru orang–orang bodohlah yang tidak mengakui kerasulan muhammad. Selain itu, para sahabat beriman karena keluhuran budi pekerti Muhammad. Sebelumnya Muhammad dijuluki oleh para sahabatnya sebagai orang yang dapat di percaya atau jujur (al amin) dan mereka tidak menyangsikan kejujuran dan kesalehan nabi Muhammad.
Jadi beriman kepada kitab suci Alquran dan Rasul Allah adalah mutlak adanya, walaupun merupakan satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan. Kita mengimani kitab suci lebih karena kasih sayang Allah kepada kita agar kita tak tersesat dalam dunia ini yang akan membimbing kita kepada kenikmatan-Nya dan juga agar kita bisa senantiasa bisa berhubungan dengan Allah secara benar sesuai syariat–sayariat-Nya yang merupakan kepasrahan kita kepada-Nya, yang menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dan kita mengimani Rasul rasul Allah khususnya nadi besar kita Muhammad tidaklah bukan karena beliau merupakan perantara risalah Allah untuk disampaikan ke pada dunia dengan segala kesantunan budi pekerti nya dan kesalehannya kepada manusia dan keimanan nya kepada Allah, karena kita butuh contoh dan tauladan untuk menjalankan segala perintah dan larangan yang ada dalam alquran. Dengan kita mencontoh segala perkataan dan perbuatan nabi secara tidak langsung kita mengimani nya. Singkatnya beriman kepada kitab suci berada dalam tataran teoritis atau kejiwaan maka beriman kepada para rasul sampai pada tataran praktis.
Rasul adalah Manusia pilihan Allah Swt. yang diangkat sebagai utusan untuk menyampaikan firman-firman-Nya kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman hidup. Sedangkan Nabi adalah Manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah Swt. untuk dirinya sendiri tapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pada umatnya.
Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt. berarti mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan umat manusia yang dipilih oleh Allah Swt. sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluk-Nya. Akan tetapi mereka semua tetap seperti manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karena itu, menyembah para nabi dan rasul dilarang dan merupakan kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui bahwa setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya
Nama-nama Nabi dan Rasul Allah yang wajib diketahui dapat dibaca pada artikel tentang nama-nama nabi dan rasul. Adapun pengertian iman kepada Allah Swt. dapat dibaca pada artikel pengertian iman kepada Allah Swt. dan penjelasannya dalam AlQuran,
Pengertian Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt.
Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt. berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan dari Allah Swt. yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat.Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari Abi Zar r.a. bahwa Rasulullah saw. saat ditanya tentang jumlah para nabi, beliau menjawab, “Jumlah para nabi itu adalah 124.000 nabi, sedangkan jumlah rasul 315" Sementara At-Turmuzy meriwayatkan hadis dari Abi Zar r.a. juga menjelaskan bahwa Rasulullah saw. menjawab, “Jumlah para nabi itu adalah 124.000 nabi, sedangkan jumlah rasul 312.”Jumlah nabi yang mendapat gelar ulul azmi ada lima, yaitu: Nabi Nuh as., Ibrahim as., Musa as., Isa as., dan Muhammad saw.
Mengimani rasul-rasul Allah Swt. adalah kewajiban hakiki bagi setiap muslim karena merupakan bagian dari rukun iman yang tidak dapat ditinggalkan. Sebagai perwujudan iman tersebut, kita sebagai muslim yang taat wajib menerima ajaran yang dibawa rasul- rasul Allah Swt. tersebut. Perintah beriman kepada rasul Allah terdapat dalam surah an-Nisa/4: 136
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab- Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S. An-Nisa/4: 136)
Mengapa kita harus beriman kepada Al Quran dan Rasul-rasul Allah swt ?
Pertanyaan yang mungkin masih ada di benak kita semua adalah mengapa kita harus juga mengimani rasul Allah ?, bukankah jika kita mengimani rasul Allah secara tidak langsung kita juga berarti mengimani kitab2 allah dan sebaliknya, mengapa tidak salah satu saja yang harus diimani ? dan mengapa juga kita harus mengimani manusia yang sama seperti kita (Nabi Muhammad Saw), dari fisik, akal, dan sebagainya sama seperti manusia biasa ? Semua pertanyaan tersebut tentulah saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yang juga menjadi pertanyaan bagi banyak orang yang masih ragu ataupun mencari jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut.Dalam ranah mengapa kita harus mengimani Alquran dan Rasul, kita dapat mengambil hakikat untuk apa alquran diturunkan ke dunia dan mengapa harus melalui manusia yang jelas–jelas sama seperti kita, tidak melalui makhluk lain, misalnya malaikat atau jin yang baik. Kitab – kitab Allah yang turun berangsur–angsur yang merupakan risalah dari Allah swt. melalui rasulnya pastilah akan mencapai yang sempurna (yang sesempurnanya) yaitu alquran al karim, lalu untuk apa alquran itu diturunkan ke bumi kalau hanya untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah dan kemudian untuk apa pula diimani. Memang benar, kalau hanya untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah buat apa alquran di turunkan ke dunia ini, sedangkan memakai hati nurani pun kita sudah cukup untuk mengetahui mana yang buruk dan mana yang salah. Sedangkan menurut saya beriman kepada kitab suci adalah kasih sayang Allah kepada kita (makhluk Allah yang paling sempurna) agar tidak tersesat dan memiliki pedoman dalam hidupnya. Tetapi apakah manusia dapat menjamin bahwa hidup mereka akan baik dan benar ataupun sukses apabila hanya di bimbing oleh akal dan hati nurani dan apakah manusia dapat menjamin bahwa hidupnya tidak akan pernah lupa dan lengah?. Itulah sebabnya kitab suci berulang–ulang mengatakan bahwa kitab suci befungsi sebagai li dzikri (pengingat). Karena manusia tidak akan luput dari yang namanya lupa dan lengah. Namun argumen ini menyimpan titik lemah kalau hanya sebatas pengingat, setelah manusia lupa melakukan kesalahan mereka pasti akan di tegur oleh nalar dan nuraninya untuk tidak melakukan hal yang seperti itu lagi. Jadi buat apa kitab suci kalau hanya sebatas pengingat saja bagi mereka.
Untuk menyampaikan risalah dan syariat–syariat yang termuat dalam kitab–kitab suci dan sekaligus sebagai suri tauladan, Allah pun memilih seorang rasul di antara para makhluk-Nya untuk disampaikan kepada manusia yang ada di bumi. Disini timbul pertanyaan yang membuat telinga kita gerah juga yaitu mengapa rasul juga harus kita imani sedangkan ia hanyalah sebagai penyambung dari risalah Allah kepada manusia yang lainnya, lagi pula nabi juga hanyalah manusia biasa seperti hal nya kita dari segi rupa, jiwa dan akal. Untuk menjawab pertanyaan tersebut bisa di analogikan seperti ini. Setelah manusia menerima adanya Allah yang maha esa mereka membutuhkan informasi yang pasti untuk bisa berhubungan dengannya. Karena kasih sayangnya lah Alalh menurunkan kitab suci. Tak hanya sampai disini, kasih sayang Allah pun berlanjut dengan memilih manusia tertentu untuk menyampaikan risalah-Nya sekaligus untuk menterjemahkan semua risalah-Nya tersebut di dunia. Seandainya para nabi tidak sama dengan kita (manusia biasa seperti kita) tidak mungkin kita dapat mencontoh cara berhubungan dengan Allah Swt. secara benar dan tidak mungkin pula kita dapat mengambil teladan darinya. Andai saja para rasul hanya menyampaikan risalah Allah sedangkan mereka tidak menerapkan dalam kehidupan sehari hari ”kita bisa teriak dan tidak mempercayainya”. Karena sesungguh nya segala tindak tanduk dari para rasul adalah cerminan dari kitab suci tersebut khususnya nabi besar Muhammad Saw, semua aktifitas dan kehidupan sosial yang beliau terapkan di dalam masyarakat adalah Al-Quran itu sendiri. Kata–kata beliau menyatu dengan perbuatannya.
Sebagaimana kita ketahui para sahabat menerima kerasulan Muhammad Saw. secara mutlak, ini bukan karena mereka bodoh menerima begitu saja kerasulan Muhammad, justru mereka sangat lah cerdas. Pertama mereka beriman karena apa yang dibawa oleh muhammad yakni Al Quran, adalah sesuatu yang agung. Para sahabat sadar benar bahwa Al Quran tak mungkin ciptaan muhammad dengan segala keindahan makna dan pelafassannya, kerena muhammad tidak bisa membaca dan menulis. ”Muhammad telah di pilih Allah” demikian keyakinan para sahabat kalau boleh dibahaskan. Justru orang–orang bodohlah yang tidak mengakui kerasulan muhammad. Selain itu, para sahabat beriman karena keluhuran budi pekerti Muhammad. Sebelumnya Muhammad dijuluki oleh para sahabatnya sebagai orang yang dapat di percaya atau jujur (al amin) dan mereka tidak menyangsikan kejujuran dan kesalehan nabi Muhammad.
Jadi beriman kepada kitab suci Alquran dan Rasul Allah adalah mutlak adanya, walaupun merupakan satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan. Kita mengimani kitab suci lebih karena kasih sayang Allah kepada kita agar kita tak tersesat dalam dunia ini yang akan membimbing kita kepada kenikmatan-Nya dan juga agar kita bisa senantiasa bisa berhubungan dengan Allah secara benar sesuai syariat–sayariat-Nya yang merupakan kepasrahan kita kepada-Nya, yang menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dan kita mengimani Rasul rasul Allah khususnya nadi besar kita Muhammad tidaklah bukan karena beliau merupakan perantara risalah Allah untuk disampaikan ke pada dunia dengan segala kesantunan budi pekerti nya dan kesalehannya kepada manusia dan keimanan nya kepada Allah, karena kita butuh contoh dan tauladan untuk menjalankan segala perintah dan larangan yang ada dalam alquran. Dengan kita mencontoh segala perkataan dan perbuatan nabi secara tidak langsung kita mengimani nya. Singkatnya beriman kepada kitab suci berada dalam tataran teoritis atau kejiwaan maka beriman kepada para rasul sampai pada tataran praktis.
Mantap artikelnya ... izin share ya
ReplyDelete