Anak yang durhaka kepada orang tua merupakan dosa yang sangat besar, berikut ini kami sajikan empat kisah anak durhaka kepada orang tua berikut, kisah pertama menceritakan tentang seorang anak durhaka yang tega meninggalkan ibunya sendiri sampai akhirnya meninggal dunia. Kisah kedua merupakan kisah nyata yang terjadi di China tentang seorang anak durhaka yang tidak mengakui ibunya. Kisah ketiga menceritakan bagaimana saat kematian seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya. Sedangkan kisah keempat menceritakan penderitaan hidup seorang anak durhaka.
Alkisah, ada serombogan mahasiswa yang sedang KKN di sebuah desa. Suatu hari saat mereka sedang bersantai sambil membawa makanan untuk makan, tiba-tiba mereka dihampiri oleh seorang nenek yang sudah tua. Nenek itu memungut makanan yang tercecer di tanah dan memakannya.
Ketika melihatnya, mereka langsung menghampirinya dan bertanya,”Nenek lapar?” Nenek itu menjawab,”Aku di sini sejak pagi dan belum makan
apa-apa. Anakku membawaku kesini sejak Subuh tadi. Dia pergi
meninggalkanku dan mengatakan kepadaku bahwa dia akan datang dan
mengambilku sebentar lagi.”
Singkat cerita, salah seorang mahasiswa memberi nenek itu makanan dan nenek itu pun makan bersama mereka. Setelah malam makin larut, mahasiswa-mahasiswa tersebut mengemasi barang-barang mereka. Para mahasiswa itu merasa bahwa waktu sudah larut dan cuaca makin dingin. Sementara mereka tidak tega meninggalkan nenek tersebut dalam kondisi seperti itu dimalam hari. Salah satu dari mereka menghampirinya dan bertanya,”Engkau punya nomor telepon anakmu yang bisa kami hubungi agar dia datang menjemputmu?” Nenek itu menjawab,”Oh ya, aku ada nomor teleponnya di kertas.
Tatkala kertas itu dibaca, ternyata tertulis: “Siapa saja yang menemukan wanita ini harap membawanya ke panti jompo.” Para mahasiswa itu tersentak kaget melihat tulisan tersebut. Mereka duduk sesaat untuk merayu nenek itu mau pergi bersama mereka. Mereka berusaha agar nenek itu mau pergi bersama mereka ke tempat yang diinginkannya. Tentu saja nenek itu tidak mau pergi bersama mereka, karena anaknya berjanji padanya akan datang untuk menjemputnya. Nenek itu bersikeras untuk menunggu kedatangan anaknya. Dia mengatakan, “Anakku akan datang menjemputku dan aku akan menunggunya.”
Nenek malang itu tidak tahu bahwa anaknya mengelabuhinya dan membuangnya pada saat dia sangat membutuhkannya.
Para mahasiswa itu pun meninggalkannya dengan harapan bahwa si anak akan datang menjemputnya sesuai dengan janjinya, walaupun mereka berpikir bahwa anak nenek tersebut adalah anak yang durhaka kepada orang tua. Salah seorang mahasiswa dari mereka merasa tidak bisa tidur karena memikirkan nasib nenek malang itu. Mahasiswa itu pun bangun, berganti baju dan mengendarai mobilnya menuju pantai. Setibanya disana dia melihat ambulans, polisi dan orang-orang berkerumun. Dia masuk di sela-sela mereka dan melihat nenek itu sudah meninggal dunia. Ketika dia bertanya kepada mereka tentang sebab kematiannya, mereka menjawab.”Tekanan darahnya naik dan ia meninggal dunia.” Dia meninggal dunia karena kecemasannya terhadap anaknya; jangan-jangan anaknya mengalami sesuatu sehingga tidak datang menjemputnya. Dia meninggal dunia saat menunggu kedatangan anaknya yang berjanji akan menjemputnya. Dia meninggal dunia saat jauh dari keluarganya.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya dan memasukkannya kedalam surga-Nya melalu pintu yang paling lebar. Amin.
Saya berharap agar semua orang yang membaca kisah ini mau menyebarluaskannya supaya menjadi peringatan bagi setiap anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Ding Liang, seorang ibu berusia 63 tahun tampak menangis tersedu-sedu di pinggiran jalan Kota Hangzhou, China. Hsin Pai, pria berusia 53 tahun yang melihat ibu itu merasa tergugah dan menanyakan apa yang terjadi.
Ibu tua itu akhirnya mencurahkan kesedihannya kepada Hsin Pai. Ding Liang mengaku berasal dari sebuah desa di pinggiran Kota Yuyao, Provinsi Hangzhou. Sudah lima jam dia menghabiskan waktu di perjalanan dari desanya ke kota tempat anaknya tinggal. Menurut Ding Liang, putranya pindah ke kota untuk kuliah beberapa tahun lalu, Setelah menyelesaikan kuliahnya, dia mendapatkan pekerjaan yang bagus di sebuah dealer mobil.
Saat sudah sukses, putra Ding menikah dengan seorang perempuan dan Ding pun berniat menghadiri pernikahan putranya. Tapi saat berada di pesta pernikahan, putra Ding merasa malu dengan kedatangan ibunya karena datang dengan dandanan kampungan. Putranya merasa marah dan malu untuk mengakui bahwa Ding adalah ibu kandung yang melahirkannya. Setelah pernikahan itu, putranya mulai mengabaikan Ding dan seluruh keluarganya di desa.
Ding Liang sudah pasrah dengan kenyataan itu, ibu itu sadar bahwa anaknya punya kehidupannya sendiri saat ini. Suatu jari anaknya menelpon Ling untuk mengabarkan bahwa dia sudah punya bayi. Mendengar hberita menggembirakan itu, Ding ingin mengunjunginya dan membawakan cucunya hadiah.
Namun ketika Ding mengabarkan akan datang menengok cucunya, putranya melarang. Dia bilang terlalu malu karena saya terlalu buruk. Suami saya juga melarang, tetapi saya ingin datang karena menantu saya melahirkan dan ingin memberikan hadiah kepada cucuku. Saat sang ibu ingin menemui anaknya, Ding bangun pukul 04.00 pagi dan berpakaian yang sudah dibelinya khusus untuk itu. Dia membungkus pakaian dan hadiahnya dalam dua buah kantung yang dibawa dengan sebuah tongkat. Akhirnya Ding tiba di kota setelah menempuh perjalanan dengan bus selama lima jam, sayangnya Ding tidak memiliki alamat tinggal anaknya. Namun ketika menelpon sang anak, dia itu tidak mau mengangkat.
Sampai menjelang pukul 10.00, Ding tanpa putus asa berputar-putar dan mencari. Dua orang pekerja bangunan sampai mengira dirinya adalah seorang pemulung. Ketika dijelaskan bahwa dia sedang mencari putranya, mereka mencoba memberikan bantuan tetapi semuanya tidak bisa banyak membantu.
Di saat itulah Hsin yang merasa kasihan dengan Ding memberikan bantuan. Dirinya memutuskan untuk membawa ceritanya ke media di China. Tidak butuh waktu lama kisah Ding menarik perhatian begitu banyak pihak. Ding bercerita kepada wartawan, bahwa dia dan suaminya adalah orang yang miskin, tapi mereka berupaya keras agar sang putra bisa kuliah.
Ding bekerja sebagai pembantu rumah tangga sementara suaminya bekerja sebagai buruh bangunan. Pasangan suami istri itu pun sampai harus meminjam banyak uang demi biaya kuliah anaknya. Ding bahkan meminjam uang untuk keperluan biaya pernikahan putranya. Bahkan sempat memberikan kalung emasnya kepada sang menantu, ketika mengetahui anak mantunya menghadapi kesulitan keuangan.
Namun pada akhirnya, Ding pun menyerah. Dia kembali ke desanya membawa kembali hadiah yang tadinya untuk sang cucu. Saking sayangnya dengan sang anak durhaka tersebut, Ding bahkan tidak mau menyebarkan foto dan namanya untuk melindunginnya agar tidak dicerca oleh orang lain.
Ia menjawab: Ya, saya adalah ibunya.
Rasulullah saw bertanya: Apakah kamu murka kepada anakmu?
Ibunya menjawab: Ya, saya sudah tidak berbicara dengannya selama 6 haji (6 tahun).
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Ibunya menjawab: Saya ridha kepadanya sebab ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw mengajarkan kembali kepada pemuda itu kalimat: Lailaha illallah.
Akhirnya pemuda itu sekarang dapat mengucapkan kalimat Lailaha illallah.
Rasulullah saw bertanya kepada pemuda itu : Apa yang kamu lihat tadi?
Pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki−laki yang bermuka hitam, pandangannya jahat, pakaiannya amat kotor, baunya busuk, ia mendekat kepadaku, dan marah padaku.
Kemudian Rasulullah saw membimbingnya membaca:
Pemuda itu lalu mengucapkan apa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah saw bertanya lagi: Sekarang apa yang kamu lihat?
Pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki−laki yang berwajah putih dan indah, baunya harum , pakaiannya bagus ; ia mendekat padaku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam tadi menjauh dariku.
Rasulullah saw bersabda: Perhatikan lagi, ia pun memperhatikan.
Kemudian beliau bertanya: Apa yang engkau lihat sekarang.
Pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku hanya melihat orang yang wajahnya putih, dan cahaya meliputi keadaan ini. (Al−Mustadrak 2:129)
Renungkanlah baik-baik peristiwa ini, dan perhatikan betapa banyak akibat buruk durhaka kepada orang tua.
Bukankah pemuda itu adalah salah seorang sahabat Nabi saw, beliau menjenguknya, duduk di dekat kepalanya, dan beliau sendiri yang mengajarkan kalimat tauhid kepada pemuda itu. Tapi ia tidak mampu mengucapkannya, setelah ibunya memaafkan dan meridhainya barulah ia dapat mengucapkan kalimat syahadah.
sumber : laillail.blogspot.com
Setelah dewasa Cecep jatuh cinta kepada seorang wanita cantik yang berasal dari tanah minang (sebut saja namanya Mina). Awalnya orang tua Mina tidak menyetujui hubungan mereka karena melihat kelakuan Cecep yang tidak baik. Tapi Mina tetap mengejar-ngejar Cecep sampai mau bunuh diri kalau tidak direstui oleh orangtuanya. Akhirnya Cecep dan Mina menikah pada tahun 1975 dan mereka dikaruniai 2 orang anak, yang tua anak laki-laki dan yang kedua anak perempuan.
Pada awal pernikahan, Cecep dan Mina bahagia sekali karena harta mereka cukup banyak. Tetapi disaat anak-anaknya berusia 10 tahunan, mulailah goyang perekonomian, Cecep kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Disaat itulah mereka sering bertengkar dan Mina ingin bercerai, tetapi Cecep tidak mau. Dan akhirnya Mina ingin pulang ke kampung halamannya, mereka hijrah ke sana dengan membawa kedua anaknya.Setelah sampai di tanah Minang mereka tinggal di tempat orangtua Mina.
Baru sebulan mereka tinggal disana, istrinya mengadu kepada orangtuanya bahwa dia hidup susah bersama Cecep sehingga orangtua istrinya mengusir Cecep dari rumahnya. Setelah beberapa waktu kemudian Mina dijodohkan dengan sesama orang minang sampai menikah mereka menikah, melihat kejadian itu Cecep sakit hati, dia tidak bisa berontak karena lemah tanpa daya berada di kampung orang lain dan tanpa sanak saudara yang jauh di Jawa. Cecep menjadi stress dan sakit hati bagai disambar petir di atas kepalanya karena status pernikahannya belum bercerai.
Cecep akhirnya sebatang kara sengsara jadi gelandangan, dia ingin pulang ke Ciamis tapi tidak punya ongkos tidak ada uang sepeserpun. Suatu hari Cecep bertemu dengan seorang Jawa dan orang jawa itu merasa kasihan kepadanya. Dia memberi makan dan ngobrol “darimana asalmu de?” Cecep menjawab “sayah mah dari Ciamis, sayah teh bukan orang sini, saya ingin pulang ke kampung halaman tapi tidak punya uang”. Setelah lama bercerita akhirnya orang jawa itu mengajak pulang ke Jawa dengan memberi ongkos. Setelah sampai di Ciamis dan tiba di rumah orangtuanya, orang jawa itu mengantar dan menceritakan keadaan Cecep di Sumatera hidup terlunta-lunta sejak diusir istrinya. Setelah itu orangtua Cecep berusaha mengobati ke paranormal tetapi tidak juga ada hasilnya, paranormal mengatakan bahwa Cecep telah diguna-guna oleh istrinya agar menjadi gila.
Mendengar hal itu orangtua Cecep jadi kecewa karena anaknya tidak bisa sembuh lagi sampai berobat ke berbagai tempat.Setelah beberapa tahun kemudian orangtua Cecep meninggal dunia. Cecep hidup sendiri lagi, hanya ada seorang adiknya yang mengurusnya di Ciamis sedangkan adik-adik yang lainnya sudah berumah tangga dan takut kepada Cecep karena dia sering mengamuk dan jahat kepada adik-adiknya untuk melampiaskan kemarahan kepada istrinya yang menghianatinya. Menginjak usia 40 tahun, Cecep meninggal dunia di Ciamis, adik-adiknya menguburkannya. Setelah 2 tahun Cecep meninggal, anaknya yang perempuan di Sumatera juga meninggal karena tidak diurus oleh ibunya terkena keracunan makanan, sedangkan anak yang laki-lakinya pergi mencari ayahnya ke Jawa, tetapi sayang Cepep itu sudah meninggal dunia sehingga tidak bisa bertemu.
Dari kisah tersebut dapat kita tarik hikmah bahwa seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya akan mengalami banyak penderitaan pada hidupnya.
Semoga kisah-kisah anak durhaka kepada orang tua di atas dapat menjadi pelajaran bagi kita semua, aamiin.
1. Anak Durhaka yang Tega Meninggalkan Ibunya
Sebuah kisah anak durhaka kepada orang tua yang sangat memilukan dan mengharukan.Alkisah, ada serombogan mahasiswa yang sedang KKN di sebuah desa. Suatu hari saat mereka sedang bersantai sambil membawa makanan untuk makan, tiba-tiba mereka dihampiri oleh seorang nenek yang sudah tua. Nenek itu memungut makanan yang tercecer di tanah dan memakannya.
Kisah Anak Durhaka Kepada Orang Tua |
Singkat cerita, salah seorang mahasiswa memberi nenek itu makanan dan nenek itu pun makan bersama mereka. Setelah malam makin larut, mahasiswa-mahasiswa tersebut mengemasi barang-barang mereka. Para mahasiswa itu merasa bahwa waktu sudah larut dan cuaca makin dingin. Sementara mereka tidak tega meninggalkan nenek tersebut dalam kondisi seperti itu dimalam hari. Salah satu dari mereka menghampirinya dan bertanya,”Engkau punya nomor telepon anakmu yang bisa kami hubungi agar dia datang menjemputmu?” Nenek itu menjawab,”Oh ya, aku ada nomor teleponnya di kertas.
Tatkala kertas itu dibaca, ternyata tertulis: “Siapa saja yang menemukan wanita ini harap membawanya ke panti jompo.” Para mahasiswa itu tersentak kaget melihat tulisan tersebut. Mereka duduk sesaat untuk merayu nenek itu mau pergi bersama mereka. Mereka berusaha agar nenek itu mau pergi bersama mereka ke tempat yang diinginkannya. Tentu saja nenek itu tidak mau pergi bersama mereka, karena anaknya berjanji padanya akan datang untuk menjemputnya. Nenek itu bersikeras untuk menunggu kedatangan anaknya. Dia mengatakan, “Anakku akan datang menjemputku dan aku akan menunggunya.”
Nenek malang itu tidak tahu bahwa anaknya mengelabuhinya dan membuangnya pada saat dia sangat membutuhkannya.
Para mahasiswa itu pun meninggalkannya dengan harapan bahwa si anak akan datang menjemputnya sesuai dengan janjinya, walaupun mereka berpikir bahwa anak nenek tersebut adalah anak yang durhaka kepada orang tua. Salah seorang mahasiswa dari mereka merasa tidak bisa tidur karena memikirkan nasib nenek malang itu. Mahasiswa itu pun bangun, berganti baju dan mengendarai mobilnya menuju pantai. Setibanya disana dia melihat ambulans, polisi dan orang-orang berkerumun. Dia masuk di sela-sela mereka dan melihat nenek itu sudah meninggal dunia. Ketika dia bertanya kepada mereka tentang sebab kematiannya, mereka menjawab.”Tekanan darahnya naik dan ia meninggal dunia.” Dia meninggal dunia karena kecemasannya terhadap anaknya; jangan-jangan anaknya mengalami sesuatu sehingga tidak datang menjemputnya. Dia meninggal dunia saat menunggu kedatangan anaknya yang berjanji akan menjemputnya. Dia meninggal dunia saat jauh dari keluarganya.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya dan memasukkannya kedalam surga-Nya melalu pintu yang paling lebar. Amin.
Saya berharap agar semua orang yang membaca kisah ini mau menyebarluaskannya supaya menjadi peringatan bagi setiap anak yang durhaka kepada orang tuanya.
2. Anak Durhaka yang Tidak Mau Mengakui Ibunya
Anak durhaka tidak hanya Malin Kundang seperti yang kita kenal. Di China, seorang anak durhaka menolak untuk menemui ibunya karena anak durhaka itu menganggap ibunya kampungan.
Ding Liang, seorang ibu berusia 63 tahun tampak menangis tersedu-sedu di pinggiran jalan Kota Hangzhou, China. Hsin Pai, pria berusia 53 tahun yang melihat ibu itu merasa tergugah dan menanyakan apa yang terjadi.
Ibu tua itu akhirnya mencurahkan kesedihannya kepada Hsin Pai. Ding Liang mengaku berasal dari sebuah desa di pinggiran Kota Yuyao, Provinsi Hangzhou. Sudah lima jam dia menghabiskan waktu di perjalanan dari desanya ke kota tempat anaknya tinggal. Menurut Ding Liang, putranya pindah ke kota untuk kuliah beberapa tahun lalu, Setelah menyelesaikan kuliahnya, dia mendapatkan pekerjaan yang bagus di sebuah dealer mobil.
Saat sudah sukses, putra Ding menikah dengan seorang perempuan dan Ding pun berniat menghadiri pernikahan putranya. Tapi saat berada di pesta pernikahan, putra Ding merasa malu dengan kedatangan ibunya karena datang dengan dandanan kampungan. Putranya merasa marah dan malu untuk mengakui bahwa Ding adalah ibu kandung yang melahirkannya. Setelah pernikahan itu, putranya mulai mengabaikan Ding dan seluruh keluarganya di desa.
Ding Liang sudah pasrah dengan kenyataan itu, ibu itu sadar bahwa anaknya punya kehidupannya sendiri saat ini. Suatu jari anaknya menelpon Ling untuk mengabarkan bahwa dia sudah punya bayi. Mendengar hberita menggembirakan itu, Ding ingin mengunjunginya dan membawakan cucunya hadiah.
Namun ketika Ding mengabarkan akan datang menengok cucunya, putranya melarang. Dia bilang terlalu malu karena saya terlalu buruk. Suami saya juga melarang, tetapi saya ingin datang karena menantu saya melahirkan dan ingin memberikan hadiah kepada cucuku. Saat sang ibu ingin menemui anaknya, Ding bangun pukul 04.00 pagi dan berpakaian yang sudah dibelinya khusus untuk itu. Dia membungkus pakaian dan hadiahnya dalam dua buah kantung yang dibawa dengan sebuah tongkat. Akhirnya Ding tiba di kota setelah menempuh perjalanan dengan bus selama lima jam, sayangnya Ding tidak memiliki alamat tinggal anaknya. Namun ketika menelpon sang anak, dia itu tidak mau mengangkat.
Sampai menjelang pukul 10.00, Ding tanpa putus asa berputar-putar dan mencari. Dua orang pekerja bangunan sampai mengira dirinya adalah seorang pemulung. Ketika dijelaskan bahwa dia sedang mencari putranya, mereka mencoba memberikan bantuan tetapi semuanya tidak bisa banyak membantu.
Di saat itulah Hsin yang merasa kasihan dengan Ding memberikan bantuan. Dirinya memutuskan untuk membawa ceritanya ke media di China. Tidak butuh waktu lama kisah Ding menarik perhatian begitu banyak pihak. Ding bercerita kepada wartawan, bahwa dia dan suaminya adalah orang yang miskin, tapi mereka berupaya keras agar sang putra bisa kuliah.
Ding bekerja sebagai pembantu rumah tangga sementara suaminya bekerja sebagai buruh bangunan. Pasangan suami istri itu pun sampai harus meminjam banyak uang demi biaya kuliah anaknya. Ding bahkan meminjam uang untuk keperluan biaya pernikahan putranya. Bahkan sempat memberikan kalung emasnya kepada sang menantu, ketika mengetahui anak mantunya menghadapi kesulitan keuangan.
Namun pada akhirnya, Ding pun menyerah. Dia kembali ke desanya membawa kembali hadiah yang tadinya untuk sang cucu. Saking sayangnya dengan sang anak durhaka tersebut, Ding bahkan tidak mau menyebarkan foto dan namanya untuk melindunginnya agar tidak dicerca oleh orang lain.
3. Kisah Sakratul Maut Anak yang Durhaka pada Orang Tua
Pada suatu ketika Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau mengajarkan kepadanya kalimat syahadah: Lailaha illallah. Tetapi lisan pemuda itu terkunci. Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang ada di dekat kepalanya: Apakah ibunya masih hidup?Ia menjawab: Ya, saya adalah ibunya.
Rasulullah saw bertanya: Apakah kamu murka kepada anakmu?
Ibunya menjawab: Ya, saya sudah tidak berbicara dengannya selama 6 haji (6 tahun).
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Ibunya menjawab: Saya ridha kepadanya sebab ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw mengajarkan kembali kepada pemuda itu kalimat: Lailaha illallah.
Akhirnya pemuda itu sekarang dapat mengucapkan kalimat Lailaha illallah.
Rasulullah saw bertanya kepada pemuda itu : Apa yang kamu lihat tadi?
Pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki−laki yang bermuka hitam, pandangannya jahat, pakaiannya amat kotor, baunya busuk, ia mendekat kepadaku, dan marah padaku.
Kemudian Rasulullah saw membimbingnya membaca:
يَا مَنْ يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ اِقْبَلْ مِنِّى الْيَسِيْرَ، وَاعْفُ عَنِّي الْكَثِيْرَ اِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Artinya : Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.Pemuda itu lalu mengucapkan apa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah saw bertanya lagi: Sekarang apa yang kamu lihat?
Pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki−laki yang berwajah putih dan indah, baunya harum , pakaiannya bagus ; ia mendekat padaku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam tadi menjauh dariku.
Rasulullah saw bersabda: Perhatikan lagi, ia pun memperhatikan.
Kemudian beliau bertanya: Apa yang engkau lihat sekarang.
Pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku hanya melihat orang yang wajahnya putih, dan cahaya meliputi keadaan ini. (Al−Mustadrak 2:129)
Renungkanlah baik-baik peristiwa ini, dan perhatikan betapa banyak akibat buruk durhaka kepada orang tua.
Bukankah pemuda itu adalah salah seorang sahabat Nabi saw, beliau menjenguknya, duduk di dekat kepalanya, dan beliau sendiri yang mengajarkan kalimat tauhid kepada pemuda itu. Tapi ia tidak mampu mengucapkannya, setelah ibunya memaafkan dan meridhainya barulah ia dapat mengucapkan kalimat syahadah.
sumber : laillail.blogspot.com
4. Kisah Anak Durhaka yang Menderita Kehidupannya
Syahdan pada sekitar awal tahun 1950 an, ada sebuah keluarga di daerah Ciamis. Sang ayah sebagai kepala keluarga adalah seorang supir pribadi dengan anak 7 orang, 6 diantaranya laki-laki. Diantara keenam anak laki-laki itu ada 1 orang anak (sebut saja namanya Cecep) yang sangat bandel dan sangat kasar kepada orangtuanya sendiri sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi kepada Cecep. Jika keinginannya tidak dipenuhi Cecep akan mengamuk, menghancurkan barang-barang di rumahnya bahkan setelah Cecep menginjak dewasa dia sering memaksa orangtuanya untuk memberikan uang dengan ancaman akan membunuh orangtuanya sendiri. Sungguh Cecep telah tumbuh menjadi seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Setelah dewasa Cecep jatuh cinta kepada seorang wanita cantik yang berasal dari tanah minang (sebut saja namanya Mina). Awalnya orang tua Mina tidak menyetujui hubungan mereka karena melihat kelakuan Cecep yang tidak baik. Tapi Mina tetap mengejar-ngejar Cecep sampai mau bunuh diri kalau tidak direstui oleh orangtuanya. Akhirnya Cecep dan Mina menikah pada tahun 1975 dan mereka dikaruniai 2 orang anak, yang tua anak laki-laki dan yang kedua anak perempuan.
Pada awal pernikahan, Cecep dan Mina bahagia sekali karena harta mereka cukup banyak. Tetapi disaat anak-anaknya berusia 10 tahunan, mulailah goyang perekonomian, Cecep kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Disaat itulah mereka sering bertengkar dan Mina ingin bercerai, tetapi Cecep tidak mau. Dan akhirnya Mina ingin pulang ke kampung halamannya, mereka hijrah ke sana dengan membawa kedua anaknya.Setelah sampai di tanah Minang mereka tinggal di tempat orangtua Mina.
Baru sebulan mereka tinggal disana, istrinya mengadu kepada orangtuanya bahwa dia hidup susah bersama Cecep sehingga orangtua istrinya mengusir Cecep dari rumahnya. Setelah beberapa waktu kemudian Mina dijodohkan dengan sesama orang minang sampai menikah mereka menikah, melihat kejadian itu Cecep sakit hati, dia tidak bisa berontak karena lemah tanpa daya berada di kampung orang lain dan tanpa sanak saudara yang jauh di Jawa. Cecep menjadi stress dan sakit hati bagai disambar petir di atas kepalanya karena status pernikahannya belum bercerai.
Cecep akhirnya sebatang kara sengsara jadi gelandangan, dia ingin pulang ke Ciamis tapi tidak punya ongkos tidak ada uang sepeserpun. Suatu hari Cecep bertemu dengan seorang Jawa dan orang jawa itu merasa kasihan kepadanya. Dia memberi makan dan ngobrol “darimana asalmu de?” Cecep menjawab “sayah mah dari Ciamis, sayah teh bukan orang sini, saya ingin pulang ke kampung halaman tapi tidak punya uang”. Setelah lama bercerita akhirnya orang jawa itu mengajak pulang ke Jawa dengan memberi ongkos. Setelah sampai di Ciamis dan tiba di rumah orangtuanya, orang jawa itu mengantar dan menceritakan keadaan Cecep di Sumatera hidup terlunta-lunta sejak diusir istrinya. Setelah itu orangtua Cecep berusaha mengobati ke paranormal tetapi tidak juga ada hasilnya, paranormal mengatakan bahwa Cecep telah diguna-guna oleh istrinya agar menjadi gila.
Mendengar hal itu orangtua Cecep jadi kecewa karena anaknya tidak bisa sembuh lagi sampai berobat ke berbagai tempat.Setelah beberapa tahun kemudian orangtua Cecep meninggal dunia. Cecep hidup sendiri lagi, hanya ada seorang adiknya yang mengurusnya di Ciamis sedangkan adik-adik yang lainnya sudah berumah tangga dan takut kepada Cecep karena dia sering mengamuk dan jahat kepada adik-adiknya untuk melampiaskan kemarahan kepada istrinya yang menghianatinya. Menginjak usia 40 tahun, Cecep meninggal dunia di Ciamis, adik-adiknya menguburkannya. Setelah 2 tahun Cecep meninggal, anaknya yang perempuan di Sumatera juga meninggal karena tidak diurus oleh ibunya terkena keracunan makanan, sedangkan anak yang laki-lakinya pergi mencari ayahnya ke Jawa, tetapi sayang Cepep itu sudah meninggal dunia sehingga tidak bisa bertemu.
Dari kisah tersebut dapat kita tarik hikmah bahwa seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya akan mengalami banyak penderitaan pada hidupnya.
Semoga kisah-kisah anak durhaka kepada orang tua di atas dapat menjadi pelajaran bagi kita semua, aamiin.
na'udzubillah... makasih gan.
ReplyDeleteapakah anda semua sudah tahu tentang minuman berenergi yang aman dan tidak berbahay? beneran ada lho, minuman berenergi yang mengandung gula alami dan mengandung cafein kecil dan lebih besar dari kandungan cafein dalam secangkir kopi.
jika ingin tahu minuman berenergi aman tidak berbaha tersebut, silakan simak info lengkapnya DISINI>> minuman berenergi aman tidak berbahaya
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteAkan disegerakan azab anak durhaka macam dia yang lebih mengutamakan istri dan tidak lagi menganggap ibunya.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete