Tuesday, September 30, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Sebutkan Hari-hari Besar Agama Islam. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Sebutkan Hari-hari Besar Agama Islam

Tahukah kamu hari-hari Besar Agama Islam ? Coba kamu sebutkan hari hari Besar Agama Islam satu persatu. Kalau kamu lupa, berikut ini adalah hari-hari Besar Agama Islam.

1) 1 Muharam (Tahun Baru Hijryiyah/­Tahun Baru Islam)
2) 10 Muharam (Hari Asyura)
3) 12 Rabiul Awal (Hari Lahirnya Nabi Muhammad /Maulid Nabi)
4) 27 Rajab (Hari Isra’ Mi’raj)
5) 15 Syaban (Hari Pintu Rahmat)
6) 17 Ramadhan (Hari Turunnya Alquran)
7) 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri)
8) 10 Zulhijjah (Hari Raya Idul Adha)

Diantara kedelapan hari besar Agama Islam, yang diperingati sebagai hari libur nasional di indonesia adalah Hari raya Idul Fitri, Hari raya idul adha, Maulud Nabi, Isra’ Mi’raj, dan Tahun baru islam. Sedangkan yang tidak diperingati sebagai hari libur nasional di Indonesia adalah hari asyura, nuzulul quran dan nisfu sya’ban

1) 1 Muharam (Tahun Baru Hijryiyah/Tahun Baru Islam) Awal hari dari tahun baru hijriyah, Sayang sekali pada setiap malam tahun baru Hijriyah, hanya segelintir umat Islam yang merayakannya. Sementara itu, dalam setiap malam tahun baru masehi kita turut serta menye- marakkannya. Sungguh memprihatinkan. Alangkah baiknya setelah mengetahui hal ini, kita juga tergugah mengadakan peringatan tahun baru Hijriyah untuk mensyiarkan agama Is­lam 2) 10 Muharam (Hari Asyura) Keistimewaan 10 Muharam diterangankan dalam hadis ra Abu Hurairah, bahwa Allah SWT. telah mewajibkan Bani Israil berpuasa sehari dalam satu tahun, yakni pada hari Asyura. Oleh sebab itu Nabi Muhammad saw menganjurkan umatnya dan melapangkan keluarganya pada hari itu. Karena orang yang melapangkan keluarganya pada hari itu akan dilapangkan oleh Allah kehidupannya sepanjang tahun. nabi juga bersabda, “Hari Asyura adalah hari puasa bagi orang Quraisy di zaman jahiliyah, dan Rasulullah saw mempuasakannya. Ketika tiba di Madinah, beliau mempuasakanya dan menyuruh orang banyak mempuasakannya.” (H.R. Aisyah). dengan demikian berpuasa pada hari Asyura, hukumnya sunnah.10 Muharram dianggap hari besar Islam karena pada hari ini banyak terjadi peristiwa penting, dan hari kemenangan para pejuang penegak kebenaran. Pada hari itu terjadi : Allah SWT menjadikan ‘Arasy. Allah SWT menjadikan Malaikat Jibril as Allah SWT menjadikan Lauh Mahfuzh Hari Pertama Allah SWT menciptakan Alam Hari Pertama Allah SWT menurunkan rahmat Hari Pertama Allah SWT menurunkan hujan dari langit Nabi Adam as. bertoubat kepada Allah SWT, dan tobatnya diterima sehingga ia bersih dari dosa Nabi Idris as diangkat oleh Allah SWT ketempat yang lebih tinggi Nabi Nuh as diselamatkan oleh Allah SWT ketika banjir merendam umatnya yang zalim Nabi Ibrahim as diselamatkan oleh Allah SWT dari pembakaran Raja Namrud Allah SWT menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa as. Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara Mesir, setelah meringkuk beberapa tahun akibat fitnah Siti Zulaiha. Nabi Ya’qub as disembuhkan oleh Allah SWT dari penyakit yang dideritanya. Nabi Yunus as dikeluarkan dari perut ikan paus, setelah berada didalamnya selama 40 hari 40 malam Allah SWT mengijinkan Nabi Musa as membelah laut merah untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya Kesalahan Nabi Daud as diampuni oleh Allah SWT Nabi Sulaiman as dikaruniai Allah SWT kerajaan besar. 3) 12 Rabiul Awal (Hari Lahirnya Nabi Muhammad /Maulid Nabi) Peringatan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali diselenggarakan oleh Sultan Salahudin al Ayyubi ketika menghadapi pasukan salib. Peringatan itu dijadikan sarana untuk mengobarkan semangat juang dan berkorban , untuk menyelamatkan umat Islam. dan akhirnya Salahuddin al Ayyubi berhasil memimpin tentara Islam memasuki Yerusalem. 4) 27 Rajab (Hari Isra’ Mi’raj) Pada malam tanggal 27 Rajab ketika Nabi Muhammad SAW sedang tidur, datanglah malaikat Jibril dan Mikail. Kedua malaikat itu membawaNabi ketelaga Zam-zam yang tidak jauh dari Baitullah, Ka’bah. Ditempat itulah dada Nabi Muhammad SAW dibedah dan hatinya disucikan dengan air zam-zam. Setelah segala “kotoran” hati ( sifat – sifat buruk seperti : sombong, iri, dengki, rakus dan lain sebagainya) dihilangkan, Jibril mengisinya dengan ilmu, iman, hikmah dan keyakinan. Kemudian jibril membubuhkan cap kenabian pada pundak Nabi Muhammad SAW. Dari telaga zam-zam mereka berangkat ke Masjidil Aqsha dengan mengendarai Buraq (menurut riwayat Said bin Musayyit, Buraq itu kendaraan nabi Ibrahim yang biasa dipakai ke Baitullah – Mekah, sedangkan menurut para ahli tafsir modern Buraq berasal dari kata “Barqun” artinya dalam bahasa Indonesia ialah Kilat). Ditengah perjalanan Jibril beberapa kali meminta Nabi turun dan melaksanakan shalat. Pertama di Yasrib yang kemudian dikenal dengan Madinah, Kedua di Madyan, Ketiga di Bukit Thursina, keempat di Baitlehem. Sesampainya di Masjidil Aqsha, Nabi Muhammad SAW disambut oleh para nabi terdahulu dan para malaikat dan Nabi Muhammad SAW brtindak sebagai Imam selesai Shalat oleh Malaikat Jibril Nabi Muhammad SAW disuguhkan dua gelas minuman yang satu berisi Susu yang lainya berisi Arak. Rasulullah memilih minuman yang berisi Susu. Sesaat kemudian Rasul bersama Jibril melanjutkan perjalanan Mi’raj (alat untuk naik, Yang dimaksudkan adalah alat untuk naik bagi arwah anak cucu Adam as) ke Sidratul Muntaha, yaitu suatu tempat tertinggi diatas langit ketujuh. Dengan demikian mereka melintasi pintu-pintu langit dari yang pertama sampai pintu langit ketujuh. Yang masing – masing dijaga oleh malaikat. Dilangit pertama Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Adam as. Di langit kedua Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Isa as, Nabi Yahya as dan Nabi Zakaria as, dilangit ketiga Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Yusuf as, dilangit ke empat Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Idris as, di langit kelima Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Harun, dilangit keenam Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Musa as. dan dilangit ketujuh Nabi Muhammad Saw menyaksikan Baitul Makmur yang setiap harinya dimasuki oleh 70.000 Malaikat tanpa keluar lagi. Selanjutnya sampai lah Nabi Muhammad SAW di Sidratul Muntaha. Setelah menerima Perintah Shalat Nabi Muhammad SAW kembali kebumi. 5) 15 Syaban (Hari Pintu Rahmat) Kebesaran hari ini diterangkan oleh Rasulullah SAW. ” Malaikat Jibril mendatangiku pada malam Nishfu (15) Sya’ban , seraya berkata Hai Muhammad, malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka. Bangunlah dan Shalatlah, angkat kepalamu dan tadahkan dua tanganmu kelangit. rasulullah saw bertanya, mengapa malam ini, Jibril ? Jibril menjawab Malam ini dibukakan 300 pintu rahmat. Tuhan mengampuni segala kesalahan orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali tukang sihir, tukang nujum, orang bernusuhan, orang yang terus-menerus minum khamar(arak atau minuman keras), terus menerus berzina, makan riba, durhaka kepada ibu bapak, orang yang suka mengadu domba dan orang yang memutuskan silahturahim. Tuhan tidak mengampuni mereka sampai mereka bertobat dan meninggalkan kejahata-kejahatan itu.”Rasulullah pun keluar, lalu mengerjakan Shalat (sendirian) dan menangis dalam sujudnya, seraya berdoa, “Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab dan siksa-Mu serta dari kemurkaan-Mu. Tiada kubatasi puji-pujian kepada-Mu sebagaimana Engkau telah memuji diri-Mu. Maka bagi-Mulah segala puji-pujian itu hingga Engkau rela ” ( H.R. Abu Hurairah). Oleh karenanya malam tersebut sangat baik untuk beribadah dan memohon ampunan dari Allah SWT. 6) 17 Ramadhan (Hari Turunnya Alquran) Pada malam 17 Ramadhan pertama kali diturunkan ayat Al-qur’an ketika Rasulullah SAW. menyepi digoa Hira Jabal Nur sekitar enam kilometer dari kota Mekah. 7) 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri) Pada hari itu Allah SWT membersihkan segala dosa umat Islam yang telah menunaikan puasa Ramadhan sebulan penuh dan membayar zakat fitrah, sehingga seperti bayi yang baru lahir. 8) 10 Zulhijjah (Hari Raya Idul Adha) Disebut juga hari raya Qur’ban, kata Dzulhijah berasal dari bahasa Arab, Dzul (punya) dan Hijjah (haji). Artinya “Yang punya haji”. Diantara 8 Hari besar tersebut, yang diperingati sebagai hari libur nasional di indonesia adalah hanya 5 hari besar islam yaitu : Hari raya Idul Fitri, Hari raya idul adha, Maulud Nabi, Isra’ Mi’raj, dan Tahun baru islam. Sementara yang tidak diperingati sebagai hari libur nasional adalah hari asyura, nuzulul quran dan nisfu sya’ban

Sumber Artikel: http://www.masuk-islam.com/inilah-macam-macam-hari-hari-besar-islam-dan-penjelasannya.html




اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Mengapa agama Islam mudah diterima oleh masyarakat nusantara ?. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Mengapa agama Islam mudah diterima oleh masyarakat nusantara ?

Sebelum masuknya agama Islam ke Nusantara, Agama Hindu-Budha telah berkembang dan mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia selama 600 – 700 tahun, akan tetapi penyebaran agama Islam di Nusantara berlangsung dengan lancar, bahkan dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat nusantara. Mengapa agama Islam mudah diterima oleh masyarakat nusantara ?

Agama Islam mudah diterima oleh masyarakat nusantara karena :
  1. Untuk masuk agama islam syaratnya tidak berat, yaitu cukup hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. 
  2. Upacara-upacara keagamaan dalam agama Islam sangat simpel (sederhana)
  3. Dalam agama Islam tidak mengenal kasta seperti pada agama lain
  4. Islam tidak menentang adat istiadat dan tradisi setempat
  5. Penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan dengan jalan damai. 
  6. Penyebaran agama Islam semakin lancar di Nusantara akibat runtuhnya kerajaan Majapahit




اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Mengapa Perkembangan Agama Islam Bermula dari Pesisir Pantai ?. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Mengapa Perkembangan Agama Islam Bermula dari Pesisir Pantai ?

Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada awalnya adalah melalui perdagangan. Hal ini sesuai dengan kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, timur, dan tenggara  Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan India turut serta menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu tentu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan hubungan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang.

Mengapa Perkembangan Agama Islam Bermula dari Pesisir ?

Alasan Perkembangan Agama Islam Bermula dari Pesisir karena seperti kita ketahui bahwa agama Islam itu dibawa pertama kali ke Indonesia oleh pedagang-pedagang dari persia, gujarat yang datang ke Indonesia melalui jalur laut. Otomatis, tempat yang mereka kunjungi pertama kali adalah pesisir pantai. Para pedagang tersebut banyak yang memutuskan menetap di pesisir pantai. Kebiasaan kebiasaan mereka beribadah, berdoa kepada Allah Swt. ternyata dapat mempengaruhi penduduk di sekitarnya menjadi tertarik dan akhirnya masuk islam.

Mengapa Perkembangan Agama Islam Bermula dari Pesisir PantaiProses islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan kondisi politik beberapa kerajaan di mana saat itu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan dirinya dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan perpecahan. Secara umum Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian diantara mereka ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan-perkampungan. Perkampungan golongan pedangan Muslim dari luar Indonesia itu disebut Pekojan.Dari sanalah kemudian agama Islam makin berkembang di daerah pesisir dan semakin lama berkembang terus ke daerah-daerah lainnya.

Keberhasilan proses Islamisasi di nusantara kemudian memaksa Islam sebagai pendatang, untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang selaras dengan kemampuan pemahaman masyarakat yang akan dimasukinya dalam pengakuan dunia Islam. Langkah tersebut merupakan salah satu watak agama Islam yang pluralistis, yang memang dimiliki semenjak awal kelahirannya.





اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Hikmah Dibalik Ibadah Qurban. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Hikmah Dibalik Ibadah Qurban

Ada beberapa hikmah Qurban yang dapat kita ambil, yaitu :

Hikmah Qurban yang pertama adalah untuk menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim yang taat dan tegar melaksanakan qurban atas perintah Allah SWT meskipun harus kehilangan putra satu-satunya yang didambakan (QS. As-Shaf: 102-107)

Hikmah Qurban yang kedua adalah untuk menegakkan syiar agama Islam dengan merayakan hari raya Idul Adha secara bersamaan dan saling tolong menolong dalam kebaikan (QS. al-Haj : 36)

hikmah QurbanHikmah Qurban yang ketiga adalah untuk bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya, maka mengalirkan darah binatang qurban ini termasuk syukur dan ketaatan dengan satu bentuk taqarrub khusus. Firman Allah yang artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat telah kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS. Al-Haj : 34).

Hikmah Qurban yang keempat adalah untuk mengajarkan manusia agar mengorbankan sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam dirinya seperi ambisi yang tak terkendali, rakus, menindas, menyerang dan tidak mengenal hukum dan norma apapun. Sifat-sifat yang seperti itulah yang harus dibunuh, ditiadakan dan dijadikan qurban demi mencapai kedekatan diri kepada Allah.

Hikmah Qurban yang kelima adalah untuk menyadarkan manusia agar mampu menebarkan kasih sayang dan kepedulian kepada orang lain terutama kepada fakir dan miskin yang membutuhkan.

Menurut Prof. DR. Eko Prasodjo (Wakil Menteri PAN & Reformasi Birokrasi RI), kita belajar dua hal dari hikmah qurban yaitu : (1) belajar berbagi dengan sesama dan belajar tentang ketaatan, Kita harus belajar tentang dari ketaatan Nabi Ibrahim & Ismail AS dimana ketaatan mereka kepada Allah SWT melebihi cinta mereka kepada diri mereka sendiri. Bayangkan betapa berat perasaan Nabi Ibrahim harus menyembelih anaknya sendiri yang sangat disayanginya dan bayangkan betapa Nabi Ismail harus rela mengorbankan nyawanya untuk perintah Tuhan, seperti itulah harusnya ketaatan dan kecintaan kita kepadaNya. (2) Dengan qurban, kita juga menyembelih sifat kehewanan kita miliki dengan cara berbagi rezeki dengan sesama, sehingga kita menjadi lebih peka terhadap lingkungan dan tidak egois. (sumber: http://old.ui.ac.id/id/news/archive/6829)





Sunday, September 28, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Pengertian, Syarat dan Rukun Sewa-menyewa dalam Islam. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Pengertian, Syarat dan Rukun Sewa-menyewa dalam Islam

Pengertian Sewa-menyewa dalam Islam


Pengertian, Syarat dan Rukun Sewa-menyewa dalam IslamSewa-menyewa dalam fiqh Islam disebut dengan ijarah, artinya imbalan yang harus diterima oleh seseorang atas jasa yang telah diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan pikiran, tempat tinggal, atau hewan. Dasar hukum ijarah terdapat dalam firman Allah Swt. yang artinya: “...dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut..” (Q.S. al-Baqarah/2: 233). Allah Swt. juga berfirman yang artinya: “...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah imbalannya kepada mereka...”(Q.S. at-Ṭalaq/65: 6)

Syarat dan Rukun Sewa-menyewa dalam Islam

  1. Orang yang menyewakan dan orang yang menyewa haruslah telah ballig dan berakal sehat.
  2. Sewa-menyewa harus dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan karena paksaan. 
  3. Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya dari orang yang menyewakan, atau walinya.
  4. Ditentukan terlebih dahulu barang serta keadaan dan sifat-sifatnya. 
  5. Manfaat yang akan diambil dari sewa-menyewa adalah barang barang tersebut harus diketahui secara jelas oleh kedua belah pihak. Misalnya, ada orang akan menyewa sebuah bangunan. Si penyewa harus menerangkan secara jelas kepada pihak yang menyewakan, apakah bangunan tersebut mau ditempati atau dijadikan gudang. Dengan demikian, si pemilik rumah akan mempertimbangkan boleh atau tidak disewa. Sebab risiko kerusakan bangunan antara dipakai sebagai tempat tinggal berbeda dengan risiko dipakai sebagai gudang. Demikian pula jika barang yang disewakan itu sebuah kendaraan, harus dijelaskan dipergunakan untuk apa saja.
  6. Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan jelas.
  7. Harga sewa dan cara pembayarannya juga harus ditentukan sebelumnya dengan jelas serta disepakati bersama.
Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah terlebih dahulu diketahui secara jelas dan disepakati bersama sebelumnya hal-hal berikut.
  1. Jenis pekerjaan serta jam kerjanya.
  2. Berapa lama masa kerjanya.
  3. Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya : mingguan, bulanan, harian, ataukah borongan?
  4. Tunjangan-tunjangan seperti transport, kesehatan, dan lain-lain, kalau ada.




اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Hutang Piutang dalam Hukum Islam. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Hutang Piutang dalam Hukum Islam

a. Pengertian Hutang Piutang dalam Hukum Islam

Hutang Piutang dalam hukum Islam berarti menyerahkan harta atau benda kepada seseorang dengan catatan akan dikembalikan pada waktu kemudian dengan tidak mengubah keadaannya. Misalnya utang Rp200.000,00 di kemudian hari harus melunasinya juga sebesar Rp200.000,00. Memberi utang kepada seseorang berarti menolongnya dan hal itu sangat dianjurkan oleh agama.

b. Rukun Hutang Piutang dalam Islam

Rukun Hutang Piutang ada tiga, yaitu:
  1. Ada yang berpiutang dan yang berutang
  2. Ada harta atau barang
  3. Ada Lafadz kesepakatan. Misal: “Saya utangkan barang ini kepadamu.” Yang berutang menjawab, “Terimakasih, saya utang dulu, beberapa hari lagi (sebutkan dengan jelas) atau jika sudah punya uang akan saya lunasi.”
Jika salah satu dari rukun hutang piutang di atas tidak terjadi, maka hutang piutang tersebut dianggap tidak syah, jadi saat melakukan hutang piutang, kita harus memperhatikan rukun-rukun hutang piutang tersebut.

Untuk menghindari timbulnya masalah di belakang hari, Allah Swt. menyarankan agar kita mencatat dengan baik Hutang Piutang yang kita lakukan. Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya karena kesulitan, Allah Swt. menganjurkan untuk memberinya kelonggaran dalam firman-Nya. “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui..” (Q.S. al-Baqarah/2: 280)

Hutang Piutang dalam Hukum IslamBerkaitan dengan hutang dalam Islam, apabila orang membayarkan utangnya dengan memberikan kelebihan atas kemauannya sendiri tanpa perjanjian sebelumnya, kelebihan tersebut halal untuk diterima oleh yang berpiutang, dan merupakan suatu kebaikan bagi yang berutang. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik kamu, ialah yang sebaik-baiknya ketika membayar utang.” (sepakat ahli hadis). Abu Hurairah ra. berkata, ”Rasulullah saw. telah berutang hewan, kemudian beliau bayar dengan hewan yang lebih besar dari hewan yang beliau utang itu, dan Rasulullah saw. bersabda, ”Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang dapat membayar utangnya dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari orang yang melunasi utang sesuai dengan yang telah disepakati bersama sebelumnya, hukumnya haram. Tambahan pelunasan tersebut tidak halal sebab termasuk riba. Rasulullah saw. berkata “Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat maka ia semacam dari beberapa macam riba.” (HR. Baihaqi)

Demikianlah hutang piutang dalam hukum Islam, semoga kita dapat lebih mengerti, karena beramal tanpa ilmu maka dia telah menyerupai orang Nasrani, sedangkan yang berilmu tapi tidak beramal maka dia telah menyerupai orang Yahudi.





اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Macam-macam Riba dan Pengertiannya dalam Islam. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Macam-macam Riba dan Pengertiannya dalam Islam

Ada 4 macam Riba dalam pandangan Agama Islam, Berikut ini adalah macam-macam riba dan pengeritannya dalam Agama Islam.

a) Riba Fadhli

Riba Fadhli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya. Misalnya, cincin emas 24 karat seberat 5 gram ditukar dengan emas 24 karat namun seberat 4 gram. Kelebihannya itulah yang termasuk riba.

b) Riba Qordhi

macam macam riba dan pengertiannyaRiba Qordhi, adalah pinjam-meminjam dengan syarat harus memberi kelebihan saat  mengembalikannya. Misal si Udin bersedia meminjami si Imam uang sebesar Rp300.000,00 asal si Imam bersedia mengembalikannya sebesar Rp325.000,00. Bunga pinjaman itulah yang disebut riba.

c) Riba Yadi

Riba Yadi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya, akan tetapi penjual dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima. Seperti penjualan kacang atau ketela yang masih di dalam tanah.

d) Riba Nasi’ah

Riba Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang dilakukan beberapa waktu kemudian. Misalnya, membeli buah-buahan yang masih kecil-kecil di pohonnya, kemudian diserahkan setelah buah-buahan tersebut besar-besar atau setelah layak dipetik. Contoh lain, membeli padi di musim kemarau, tetapi diserahkan setelah musim panen.




اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Apa Pengertian Riba Menurut Pandangan Agama Islam ?. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Apa Pengertian Riba Menurut Pandangan Agama Islam ?


pengertian riba menurut pandangan islamMenurut pandangan dalam Agama Islam, pengertian riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini sering terjadi dalam pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam. Riba, apa pun bentuknya, dalam syariat Islam hukumnya haram. Sanksi hukumnya juga sangat berat. Diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan bahwa, “Rasulullah mengutuk orang yang mengambil riba, orang yang mewakilkan, orang yang mencatat, dan orang yang menyaksikannya.” (HR. Muslim). Dengan demikian, semua orang yang terlibat dalam riba sekalipun hanya sebagai saksi, juga berdosa.

Guna menghindari riba, apabila mengadakan jual-beli barang sejenis seperti emas dengan emas atau perak dengan perak ditetapkan syarat:

a) timbangan ukurannya sama
b) melakukan serah terima saat itu juga,
c) dilakukan secara tunai.

Apabila jenisnya tidak sama, seperti emas dan perak boleh berbeda takarannya, namun tetap harus secara tunai dan diserahterimakan saat itu juga. Kecuali barang yang berlainan jenis dengan perbedaan seperti perak dan beras, harus berlaku ketentuan jual-beli sebagaimana barang-barang yang lain.





اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Pengertian Bohong Dalam Islam. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Pengertian Bohong Dalam Islam


Bohong berarti mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita bisa menjadi orang munafik. Contoh berbohong dalam kehidupan keseharian kita yaitu seperti saat menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dicari tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti seorang anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak itu mengatakan tempat yang bukan dikunjunginya.


Walau pada dasarnya, berbohong hukumnya haram, tetapi dalam keadaan tertentu, Islam memberikan kelonggaran. Namun, hal itu bukan dalam konteks yang terlalu ketat. Rasulullah SAW menyatakan, seseorang tidak dianggap berbohong jika dilakukan dengan niat ingin mendamaikan orang lain atau untuk tujuan kebaikan dalam masyarakat, jadi hukumnya boleh, bahkan bisa hukumnya menjadi wajib berbohong bila tujuannya untuk menyelamatkan jiwa sesorang.

Pengertian Berbohong Dalam Pandangan Islam

Berbohong menurut pandangan Islam berdasarkan Al Qur’an dan Hadis:

Kejujuran menuntun pada kebajikan, kebajikan dapat menghantarkan ke surga. Sesungguhnya kebohongan itu menyeret manusia pada kejahatan , sedang kejahatan itu dapat menyeret pada neraka.” HR. Bukhari Muslim dari Ibnu Mas’ud. (berbohong hukumnya haram)

Barangsiapa mengaku bermimpi sesuatu padahal dia tidak memimpikannya maka ia akan dituntut untuk menyambung dua ujung rambut.” HR. Bukhari dari Ibnu Abas.

Berbohong dalam Islam bahkan dipandang sebagai salah satu sifat kekufuran dan kemunafikan. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah mereka yang tidak mengimani (mempercayai) tanda-tanda kekuasaan Alloh. Mereka adalah kaum pendusta”. (An-Nahl: 105)

Rasulullah SAW pun menggolongkan mereka yang berbohong termasuk orang-orang yang memiliki karekteristik kemunafikan. Beliau bersabda, “Empat hal jika semuanya ada pada seseorang ia adalah munafik semurni-murninya munafik. Jika satu di antara yang empat itu ada pada dirinya maka padanya terdapat saru sifat kemunafikan hingga ia dapat membuangnya; Jika berbicara ia berduta, jika diberi amanah ia khianat, jika berjanji ia melanggar dan jika membantah ia berbohong.” (HR. Bukhori Muslim)





Wednesday, September 24, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Contoh Perilaku dan Sikap Jujur Kepada Allah Swt.. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Contoh Perilaku dan Sikap Jujur Kepada Allah Swt.

Contoh Perilaku dan Sikap Jujur Kepada Allah Swt. adalah saat kita bertaubat setelah melakukan suatu kesalahan.

Syarat-syarat taubat adalah menyesali maksiat dan dosa-dosa yang dahulu dikerjakan dengan setulus-tulus penyesalan, meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa tersebut, menolak serta meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut di masa yang akan datang untuk mentaati Allah dan memuliakannya. Sedangkan perkara-perkara yang harus ada pada taubat adalah : menyesali masa lalu. Berjanji kepada Allah Swt untuk meninggalkan dosa-dosa mulai dari bagian terkecil dari dosa tersebut hingga bagian besarnya. Selanjutnya bertekad untuk tidak kembali ke dosa-dosa tersebut lagi bila terkait dengan hak-hak manusia. Baik itu berupa harta, darah, atau kehormatan yang menimpa mereka.
Contoh Perilaku dan Sikap Jujur Kepada Allah Swt.
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa kita harus jujur kepada Allah Swt. untuk menepati janji-janji kita agar tidak melakukan kesalahan lagi. Itulah salah satu contoh perilaku dan sikap jujur kepada Allah Swt

Sebaliknya, jika kita mengingkari janji kepada Allah Swt. berarti kita sudah tidak jujur kepada Allah Swt. Sikap tersebut harus kita hindari, termasuk menghindari sikap tidak jujur kepada sesama makhluk Allah Swt.




اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Upaya Pencegahan Korupsi Secara Preventif. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Upaya Pencegahan Korupsi Secara Preventif

Upaya Pencegahan Korupsi PreventifUpaya pencegahan korupsi secara preventif perlu dilakukan lewat jalur pendidikan masyarakat dalam upaya penanaman nilai antikorupsi dalam pendidikan dan pengasuhan anak oleh keluarga. Mendidik generasi muda dengan menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena keluarga sebagai organisasi sosial terkecil dalam masyarakat mempunyai peran dasar dan pengaruh yang signifikan dalam usaha penanaman nilai dan pembentukan perilaku anak.

Namun pada zaman modern ini, banyak keluarga yang hanya ingin instannya saja. Anak dimasukkan ke sekolah termahal ataupun TPQ termahal dengan harapan sekeluarnya dari sana anak bisa menjadi orang baik seperti yang diharapkan oleh orang tuanya. Padahal hal tersebut belum tentu dapat menjamin pendidikan karakter yang baik pada anak.

Menurut kajian Psikologi Perkembangan, pendidikan sebagai upaya pencegahan korupsi secara preventif harus dimulai sedini mungkin. Karena, Perkembangan dini lebih kritis dibandingkan dengan perkembangan selanjutnya. Didalamnya anak sedang berada pada masa-masa terbaiknya dalam menguasai ketrampilan dasar seperti membaca, menulis, secara formal berhadapan langsung dengan dunia yang lebih luas dan lengkap dengan budayanya

Islam mempunyai konsep yang sangat jelas terhadap pembentukan karakter sebagai tanggung jawab keluarga. Sebagaimana Firman Allah SWT yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim ; 6)

Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia 2010 usia muda lebih banyak dibandingkan dengan usia tua (data Badan Pusat Statistik 2011, ). Dalam data itu terlihat bahwa jumlah anak kelompok usia 0-9 tahun sebanyak 45,93 juta, sedangkan anak usia 10-19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Diprediksikan pada 2045 nanti, mereka yang usianya 0-9 tahun akan berusia 35-45 tahun, sedangkan yang usia 10-20 tahun akan berusia 45-54.

Artinya, periode bonus demografi penduduk Indonesia akan berlangsung pada tahun 2010-2045, di mana usia produktif paling tinggi usia anak dan orang tua. Pada usia-usia itulah para remaja saat ini yang akan memegang peran di Indonesia. Hal ini tentunya dapat dimaksimalkan dengan cara menyiapkan kader-kader terbaik negeri ini untuk kejayaan Bangsa Indonesia di usianya yang ke 100 Tahun.

Sebagaimana syekh Mustofa al-Ghalayaini seorang pujangga Mesir berkata :  “Sesungguhnya pada tangan-tangan pemudalah urusan umat dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat”. Allah Swt.  juga berfirman dalam surat an-Nisa ayat 9 yang artinya “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar




Monday, September 22, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Konsep Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Konsep Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi

Mari kita pelajari tentang konsep manusia sebagai khalifah allah di muka bumi ini. Telah dikemukakan bahwa manusia terdiri dari roh dan badan, dengan demikian manusia memiliki sifat-sifat ganda yang kemudian menjadi bawaan dalam hidupnya dan sekaligus memiliki potensi menjadi persoalan yang runcing dalam kehidupannya. Sebagai konsekwensinya manusia juga mendapatkan pengetahuan yang bersifat ganda, yaitu pengetahuan mengenai dunia dan pengetahuan berkenaan dengan dunia yang lain.

Pengetahuan pertama, sebagaimana firman Allah Swt. yang dikemukakan dalam Q.S. 2:31 (surat al-Baqarah) disebut  “pengetahuan nama-nama” (al-asma). Yang disebut pengetahuan tentang segala sesuatu di alam dunia (al-asyya’). Pengetahuan ini tidak merujuk pada pengetahuan tentang esensi (dzat) atau tentang hal yang paling dalam (sirr) dari segala sesuatu, misalnya tentang roh, sebab mengenai yang ini hanya sedikit manusia memperolehnya (lihat Q 17:85). Yang dimaksud dengan `ilm al-asma (pengetahuan nama-nama) adalah mengenai fenomena-fenomena atau kejadian-kejadian (`arad) yang dapat diindera dan sifat-sifat dari segala sesuatu yang berbeda. Hal ini dapat ditangkap atau diserap melalui akal budi (mahsusat dan  ma`qulat) yang dengan itu lah hubungannya dapat diketahui, begitu pula ciri masing-masing yang berbeda.

Pengetahuan lain yang lebih tinggi yang dikaruniakan Allah Swt. kepada manusia ialah pengetahuan tentang Allah (ma`rifat). Ini kita ketahui dalam Q 7:172) ketika Allah Swt. berfirman, “Bukankah Aku ini Tuhanmu? Ya, aku bersaksi” (Alastu bi rabbikum? Qawl bala syahidna..).  Inilah perjanjian pertama yang mengikat manusia dengan Allah Swt. Perjanjian itu diikrarkan terlebih dahulu sebelum manusia diturunkan ke dunia dalam bentuknya sebagai makhluq yang memiliki jasmani dan rohani. Dari sini kita tahu bahwa pengetahuan itu bukan ditanamkan Allah Swt. dalam badan manusia, tapi dalam roh, kalbu dan jiwanya.

Konsekwensi dari perjanjian yang mengikat itu adalah bahwa dalam hidupnya manusia akan selalu mengakui Allah Swt. sebagai sasaran penyembahannya, bukan kepada yang selain-Nya. Inilah makna Islam sebagai ad-din (agama), yaitu sebagai sesuatu yang mengikat hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai penciptanya, dan ikatan itu dapat berjalan terus jika manusia menunjukkan kepatuhannya (aslama) terhadap perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Konsep Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka BumiDengan demikian, menurut para ulama, din dan aslama, bersifat saling melengkapi dalam diri manusia dan menjadi sifat yang hakiki dari manusia, yang disebut sebagai fitrah. Tujuan sejati manusia ialah melaksanakan ibadah atau pengabdian kepada Tuhan (Q 5:56), dan kewajiban manusia adalah ketaatan kepada-Nya, sebab itulah yang sesuai dengan fitrah manusia, yang bertentangan dengan itu tentu tidak sesuai dengan fitrah manusia.

Tetapi manusia juga mempunyai sifat bawaan, yaitu pelupa (nisyan). Karena itu manusia juga biasa disebut insan. Setelah bersaksi bahwa Tuhan hanya satu yaitu Allah Swt. dan berjanji akan mematuhi-Nya, karena terlena oleh kehidupan dunia maka manusia menjadi lupa (nasiya) untuk memenuhi kewajiban dan tujuan hakiki hidupnya. Kelupaan atau kelalaian itu menjadi penyebab ketidak-taatannya pada perintah Allah Swt. Sifat ini sangat tercela serta cenderung membuatnya tenggelam dalam ketidakadilan (zhulm) dan kebodohan (jahl). Sekalipun demikian manusia dianugerahi dengan perlengkapan rohani untuk mengingat kembali apa yang diikrarkannya pada hari perjanjian (hari Alastu) dulu. Perlengkapan itu ialah akal pikiran dan kecerdasannya yang berguna untuk membedakan yang salah dari yang benar. Tetapi semua itu terserah pada manusia untuk memilihnya, dengan konsekwensi yang harus ditanggungnya sendiri.

Konsep Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi

Khalifah adalah makhluk Allah Swt. yang mendapat kepercayaan dari-Nya untuk menjalankan kehendak-Nya dan menerapkan semua ketetapan-Nya di muka bumi. Untuk menjalankan fungsi kekhalifahan itu Allah Swt. mengajarkan ilmu pengetahuan kepada manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mempunyai kemampuan untuk mengatur, memanfaatkan, dan menundukkan benda-benda ciptaan Allah di muka bumi ini sesuai dengan maksud diciptakannya.

Firman Allah Swt. dalam al-Qur’an (2:30) menyatakan bahwa manusia telah ditunjuk menjadi khalifah-Nya di atas bumi, dan kepada manusia dibebankan amanat, sebuah tanggung jawab yang berat untuk mengatur dan memelihara kehidupan di dunia. Maksud mengatur di sini bukanlah mengatur sesuai dengan kemauannya sendiri atau demi kepentingan egonya sendiri, tetapi harus mengatur sesuai dengan kehendak Allah Swt. dan maksud-Nya (Q 33:72). Amanah tersebut menuntut pertanggung jawaban untuk bersikap dan berbuat adil terhadap alam semesta dan seisinya, sebagaimana juga bersikap adil terhadap sesama manusia. Mengatur di sini tidak hanya mencakup pengertian sosioal dan politik, atau mengendalikan alam dan kehidupan di dalamnya secara ilmiah. Tetapi yang lebih mendasar lagi, dalam konsep itu, tercakup konsep lain yang disebut tabi’ah (tabiat). Konsep ini mengandung arti “pengaturan, pengendalian, pemerintahan, dan pemeliharaan diri manusia oleh dirinya sendiri”.

Dalam rangka mengatur dan mengendalikan hidupnya itu manusia tergantung pada sifat ganda dari tabiatnya yaitu Tabiat atau bawan sifatnya yang tinggi ialah jiwa rasional (al-nafs al-nathiqah) dan yang lebih rendah adalah jiwa hewani (al-nafs al-hayawaniyah). Ketika Allah memaklumkan keesaan-Nya sebagai Tuhan, yang dituju adalah jiwa rasional manusia bukan jiwa hewaninya. Agar manusia memenuhi perjanjiannya dengan Allah dan selalu mmperteguh ikatan dengan perjanjiannya itu, manusia harus melaksanakannya dalam bentuk amal perbuatan dan ketaatan dalam menjalankan ibadah (sesuai syariah-Nya).

Kekuasaan dan pengaturan jiwa rasional atas jiwa hewani secara efektif itulah yang sebenarnya dinamakan din (agama); sedangkan yang dimaksud islam ialah kepatuhan dan ketaatan yang sadar dari jiwa hewani terhadap jiwa rasional. Periaku religius dalam Agama Islam, karena itu, berkaitan dengan kebebasan dan kesadaran jiwa rasional secara penuh untuk merealisasikan perjanjiannya dengan Allah Swt., dan kebebasan itu berarti kekuatan (quwwa) serta kemapuan (wus’) untuk berbuat adil terhadap diri sendiri, sesama manusia, serta terhadap alam di sekitarnya.




اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Kedudukan dan Martabat Manusia Menurut Ajaran Islam. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Kedudukan dan Martabat Manusia Menurut Ajaran Islam

Kita akan membahas masalah kedudukan dan martabat manusia menurut ajaran Islam. Dalam rangka menyelaraskan falsafah Yunani yang mereka pelajari dengan ajaran Islam, para filosof Muslim seperti Ibn Tufayl, al-Ghazali al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, dan lain-lain telah berusaha merubah pemahaman para filosof Yunani tentang manusia dengan memberinya dimensi-dimensi spiritual yang lebih luas dan lebih mendasar. Ini tampak dalam perkataan "al-hayawan al-nathiq" sebuah kata-kata Arab yang diterjemahkan dari perkataan Yunani "animal rational". Di sini manusia diberi definisi formal sebagai "binatang yang berpikir” (animal rational).

Definisi ini mengandung gagasan tentang arti ‘rasional’ seperti yang dipahami secara umum, yaitu nalar. Dalam sejarah intelektual di Barat, dalam perkembangannya konsep tentang ‘rasio’ telah mengalami perubahan sedemikian rupa, bahkan menjadi penuh dengan kontroversi dan problematic. Seacara bertahap 'rasio' dipisahkan dari ‘intelek’ (intelectus), kemampuan tertinggi manusia untuk membedakan yang benar dan salah, serta untuk mengenal kebenaran tertinggi.

Para filosof Muslim tidak memahami keterpisahan rasio dari apa yang disebut intellectus atau al-aql. Bagi mereka `aql merupakan kesatuan organik dari rasio dan intelectus (al-Attas 1980:37). Dengan cara seperti itulah filosof Muslim mendefinisikan manusia sebagai al-hayawan al-nathiq. Di sini kata al-nathiq menunjuk pada fakulti bati manusia berkenaan dengan nalar atau kemampuan berfikir manusia secara rasional dan intelektual, yaitu "merumuskan makna-makna" (dzu-nuthuq).


martabat manusia menurut ajaran Islam


Selengkapnya dapat dibaca di sumber : syahsoza.blogspot.com/2012/04/manusia-dalam-perspektif-islam.html




Sunday, September 21, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Peradaban Islam Sebagai Pusat Peradaban Dunia pada Masa Kekhalifahan Abbasiyah. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Peradaban Islam Sebagai Pusat Peradaban Dunia pada Masa Kekhalifahan Abbasiyah

Pusat peradaban Islam pada masa Kekhalifahan Abasiyah berada di Kota Bagdad dan Kota Samarra. Kemajuan yang dicapai pada masa itu tidak hanya mencakup kepentingan sosial saja, tetapi juga peradaban dalam semua aspek kehidupan, seperti: administrasi pemerintahan dengan biro- bironya, administrasi wilayah pemerintahan, sistem organisasi militer, pertanian, perdagangan, dan industri, Islamisasi pemerintahan, kajian dalam bidang kedokteran, geografi, historiografi, astronomi, matematika, filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika Islam, sastra, seni, penerjemahan serta pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan perguruan tinggi, perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni musik, seni rupa, dan arsitek.

Peradaban Islam sebagai pusat peradaban dunia pada Masa Kekhalifahan Abbasiyah berpusat di dua kota yaitu :
    Peradaban Islam Sebagai Pusat Peradaban Dunia pada Masa Kekhalifahan Abbasiyah
  1. Kota Bagdad, adalah ibu kota negara Kerajaan Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah Abu Ja’far al-Mansur (754 – 775 M) pada tahun 762 M. Letak kota ini adalah di tepian Sungai Tigris. Masa keemasan dari Kota Bagdad terjadi pada jaman pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid (786 – 809 M) dan diteruskan oleh anaknya al-Ma’mun (813 – 833M).
  2. Kota Samarra, terletak di sebelah timur Sungai Tigris yang jaraknya kurang lebih 60 km dari Kota Bagdad. Di kota Sammara terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh dari seni bangunan Islam di kota-kota lain. 





اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah Abbasiyah. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah Abbasiyah

Wahai pemuda-pemudi muslim yang cerdas, kisah dan sejarah yang akan disajikan pada artikel ini merupakan kisah terhebat dalam sejarah peradaban Islam. Kisah yang dimaksud itu adalah mengenai tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah yang berpusat di kota Bagdad, Irak.

Puncak dari masa keemasan tersebut ditandai dengan tumbuh suburnya ilmu pengetahuan pada abad ke-8. Saat itu para ilmuwan muslim sangat produktif dan juga menjadi pelopor perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Subhanallah.

Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada zaman Khalifah Harun ar-Rasyid dan putera beliau bernama Al-Ma’mun. Kekayaan negara dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh Raja Harun ar-Rasyid untuk keperluan sosial, mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masa itu sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun di Bagdad.

Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah AbbasiyahBidang kesejahteraan, pendidikan, ilmu pengetahuan, sosial, kesehatan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menjadi negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma’mun, penerus Harun ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat mencintai ilmu filsafat. Pada masa pemerintahan Al-Ma’mun, penerjemahan buku-buku asing sangat digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia membayar mahal penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah-sekolah. Salah satu karya besar ada masa pemerintahannya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang sekaligus berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di dunia.

Mari kita renungkan, betapa harumnya citra dunia Islam waktu itu. Kaum muslimin sangat disegani dalam pergaulan di seluruh dunia. Waktu itu umat Islam sangat identik dengan ilmu pengetahuan. Kemajuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan selalu dipelopori dari kalangan ilmuwan muslimin. Hal ini dilakukan karena al-Qur’an dan Hadis menjadi sumber inspirasi dan motivasi. Akankah masa kejayaan dan kemajuan tersebut pada saatnya bisa terulang kembali? Jawabannya tentu ada pada benak kalian pemuda dan pemudi muslim.

Masa Daulah Abbasiyah merupakan jaman keemasan (The Golden Age) bagi umat Islam. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik itu dalam bidang ekonomi, peradaban, dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang dengan pesat berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya hasil penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Adapun cendekiawan-cendekiawan Islam dalam bidang ilmunya masing-masing pada masa Daulah Abasiyah adalah:

a. Bidang ilmu Filsafat

Tokoh cendekiawan Muslim di bidang ilmu filsafat diantaranya adalah Abu Nasyar Muhammad bin Muhammad bin Tarhan yang dikenal dengan al-Farabi, Abu Yusuf bin Ishak yang dikenal dengan al-Kindi, Ibnu Sina, Ibnu Rusd, al-Ghazali, Ibnu Bajah dan Ibnu Tufail.

b. Bidang ilmu Kedokteran

Tokoh cendekiawan Islam yang terkenal di bidang kedokteran adalah Jabir bin Hayyan yang dikenal sebagai bapak ilmu kimia, Hunaian bin Ishak yang terkenal sebagai ahli penerjemah buku-buku asing,  Ar-Razi yang dikenal sebagai ahli penyakit campak dan cacar, Ibnu Sahal dan Thabit Ibnu Qurra.

c. Bidang ilmu Matematika

Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu matematika yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (penemu huruf nol) dengan bukunya Algebra, Geometri Ilmu Matematika. Cendikiawan matematika yang lainnya adalah Umar bin Farukhan (bukunya Quadripartitum), Banu Musa (ilmu mengukur permukaan, datar, dan bulat).

d. Bidang ilmu Falak

Tokoh cendekiawan Islam dibidang ilmu Falak ini adalah Abu Masyar al- Falaky (bukunya Isbatul Ulum dan Haiatul Falak), Raihan Bairuny (bukunya al-Afarul Bagiyah’ainil Khaliyah, Istikhrajul Autad dan lain-lain). Jabir Batany (membuat teropong bintang)

e. Bidang ilmu Astronomi

Tokoh cendekiawan Islam di bidang Astronomi adalah al-Farazi (pencipta Astro Lobe), al-Gattani/Albetagnius, dan al-Farghoni atau Alfragenius.

f. Bidang ilmu Tafsir

Tokoh cendekiawan Islam yang terkenal di bidang ilmu Tafsir ini adalah Ibnu Jarir at-abary, as-Suda, Mupatil bin Sulaiman, Ibnu Atiyah al-Andalusy, Muhammad bin Ishak dan lain-lain.

g. Bidang ilmu Hadis

Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Hadis ini adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, At-Tarmidzi, dan lain-lain

h. Bidang ilmu Kalam (tauhid)

Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Kalam ini adalah Wasil bin Atha’, Abu Huzail al-Allaf, ad-Dhaam, Abu Hasan al-Asy’ary, Hujjatul Islam Imam al-Gazali. Pada masa itu, pembahasan ilmu tauhid semakin luas dibandingkan dengan zaman sebelumnya.

i. Bidang ilmu Tasawuf (ilmu mendekatkan diri pada Allah Swt.)

Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Tasawuf ini adalah al-Qusyairy dengan karyanya ar-Risalatul Qusyairiyah, Imam al-Gazali dengan karyanya al-Bashut, al-Wajiz, Syahabuddin dengan karyanya Awariful Ma’arif, dan lain-lain.

j. Para imam Fuqaha (ahli fiqh)

Tokoh cendekiawan Islam yang merupakan para iman Fuqaha ini adalah Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambali, dan para Imam Syi’ah.




Thursday, September 18, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Rasul-rasul Allah Swt. Sebagai Teladan Umat Manusia. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Rasul-rasul Allah Swt. Sebagai Teladan Umat Manusia

Marilah kita renungkan, apa jadinya jika di dunia ini tidak ada panutan atau teladan. Teladan itu dapat membimbing umatnya untuk beribadah kepada Sang Pencipta dengan cara yang baik dan benar. Jika tidak ada panutan, tentu akan banyak sekali masalah yang akan timbul di antara umat manusia. Masing-masing kelompok saling bertikai untuk mempertahankan benarnya sendiri-sendiri. Manusia akan saling menyesatkan, berbohong satu sama lainnya, dan akhirnya kembali ke zaman jahiliah yang penuh dengan kebodohan, kedustaan, dan kebatilan.

Rasul-rasul Allah Swt. Sebagai Teladan Umat Manusia

Jika tidak ada bimbingan para Rasul Allah, tentu hukum rimba akan berlaku. Siapa yang kuat itulah yang akan menang dan berkuasa. Banyak manusia yang tidak lagi menyembah kepada Allah digantikan dengan menyembah kepada patung-patung karena takut dengan ancaman penguasa. Saat itulah kehidupan manusia akan penuh dengan kesesatan, kebohongan, dan kejahilan khususnya di bidang aqidah, syariah, ibadah,muamalah, dan akhlak. Manusia akan berlomba-lomba untuk mencari kebahagian dunia belaka tanpa peduli cara yang digunakannya benar atau salah. Bila kita hidup dalam situasi yang demikian, sungguh tidak enak, bukan?

Marilah kita bersyukur kepada Allah Swt. yang telah mengutus para rasul-Nya yang dengan sabar dan gigih menegakkan kebenaran dengan penuh kejujuran. Memberikan contoh langsung kepada umat manusia menuju ke jalan yang lurus dan benar. Para Rasul Allah Swt. menunjukkan kepada umatnya bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan ancaman menghadang di depan mata.

Tahukah kalian bahwa semua Rasul Alah Swt. yang membawa ajaran kebenaran itu pada mulanya selalu ditentang oleh umatnya. Setelah menerima wahyu atau risalah dari Allah Swt., mereka kemudian meyakinkan bahwa risalah itu benar-benar dari Allah. Saat mendengar ajakan dari rasul, di antara umat itu ada yang menerima, tetapi juga banyak yang menolak. Mereka yang menolak itu biasanya para tokoh yang telah merasa kenyamanan dengan kebohongan dan kesesatannya selama ini terancam. Mereka tidak mau menerima kebenaran yang dibawa oleh para Rasul Allah Swt. Mereka takut jika kekuasaan, kehormatan, kemewahan, dan kesenangan yang ada selama ini akan hilang. Untuk itu mereka kemudian melawan bahkan memusuhi utusan Allah Swt. tersebut.

Mahasuci Allah yang tidak menghendaki makhluq-Nya hidup dalam kesesatan, pertengkaran, kebohongan, dan pertikaian. Oleh karena itu, Diapun mengutus para nabi dan rasul-Nya untuk menyelamatkan kehidupan umat manusia dari bencana kehidupan di dunia ini. Para nabi dan rasul mampu mengajak umatnya ke jalan yang lurus dan benar sehingga mereka akan berbahagia di dunia dan akhirat.




Wednesday, September 17, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Contoh Bukti Kejujuran Nabi Muhammad Saw. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Contoh Bukti Kejujuran Nabi Muhammad Saw

Ketika Nabi Muhammad Saw. hendak memulai dakwah secara terbuka dan terang-terangan, langkah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. misalnya  berdiri di atas bukit, kemudian beliau memanggil-manggil kaum Quraisy untuk berkumpul, “Wahai kaum Quraisy, kemarilah berkumpul kalian semua. Aku akan memberikan sebuah berita kepada kalian semua!”

Kaum Quraisy berdatangan berduyun-duyun mendengar panggilan yang lantang dari Rasulullah saw., mereka berkumpul untuk mendengarkan berita dari manusia jujur yang penuh pujian itu. Setelah masyarakat Quraisy berkumpul dalam jumlah besar, beliau tersenyum kemudian bersabda, “Saudara-saudaraku, jika aku memberi khabar kepadamu, di balik bukit ini ada musuh yang sudah siap siaga hendak menyerang kalian, apakah kalian semua percaya?” Tanpa ragu sedikitpun semuanya menjawab mantap, “Percaya!”

Kemudian, Nabi Muhammad Saw. kembali bertanya, “Mengapa kalian langsung percaya tanpa  terlebih dahulu membuktikannya?” Tanpa ragu-ragu orang yang hadir di sana kembali menjawab dengan  mantap, “Engkau sekalipun tidak pernah berbohong, wahai Al-Amin. Engkau adalah manusia yang paling jujur yang pernah kami kenal.”

Demikianlah contoh dari banyak bukti dari kejujuran Nabi Muhammad Saw., beliau adalah seorang yang dikenal tidak pernah berbohong sejak kecil sehingga apapun yang dikatakan beliau dipercaya oleh masyarakat. Marilah mulai saat ini kita berusaha untuk menjadi orang yang jujur sehingga dipercaya oleh keluarga, teman-teman dan orang-orang di lingkungan kita. 




اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Arti dan Makna Kejujuran dalam Islam. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Arti dan Makna Kejujuran dalam Islam

1. Pengertian Jujur

Apa pengertian jujur ? Dalam bahasa Arab, kata jujur sama maknanya dengan “ash-shidqu” atau “shiddiq” yang berarti nyata, benar, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kadzibu”. Secara istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna:
(1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;
(2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan;
(3) ketegasan dan kemantapan hati; dan
(4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan.

Dalam bahasa Indonesia, jujur merupakan kata dasar dari kejujuran, menurut jenis katanya, jujur merupakan kata sifat sedangkan kejujuran merupakan kata benda. Menurut KBBI, kata "jujur" berarti lurus hati; tidak berbohong (misal dengan berkata apa adanya); 2 tidak curang (misal dalam permainan, dng mengikuti aturan yg berlaku): mereka itulah orang-orang yg jujur dan disegani; 3 tulus; ikhlas;
Sedangkan "kejujuran" berarti sifat (keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati): ia meragukan kejujuran anak muda itu.

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa saat ini kejujuran sudah menjadi barang langka. Terlepas dari benar atau tidaknya pendapat tersebut, kita harus tetap optimis bahwa masih banyak kejujuran di sekeliling kita, dan kita harus tetap menggemakan semangat kejujuran. Contoh kisah nyata yang menarik diperlihatkan oleh Bapak Abdul Mukti dari Kediri. Ia mampu menggemakan semangat kejujuran tidak hanya dengan omongan, tapi dengan tindakan jujur yang nyata. Sejak tahun 2011, Pak Mukti menjual bensin dengan menaruhnya ke dalam botol-botol yang ditatanya di atas sebuah rak di depan rumahnya. Di rak tersebut ditulisnya tulisan 'Kejujuran', 'Ambil sendiri', 'Bayar dengan pas dan masukkan ke dalam toples', Kios bensin "kejujuran" tersebut tidak pernah dijaga, karena Pak Mukti percaya bahwa "kejujuran" masih banyak berada di sekelilingnya. (dikutip dari detik.com)

2. Pembagian Sifat Jujur

Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (shiddiq) sebagai berikut.
    Arti dan Makna Kejujuran dalam Islam
  1. Jujur dalam niat atau berkehendak maksudnya adalah tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain karena dorongan dari Allah Swt. 
  2. Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan berita yang disampaikan. Setiap orang harus bisa memelihara perkataannya. Ia tidak berkata kecuali kata-kata yang jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya dengan selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji juga termasuk jujur jenis ini.
  3. Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh-sungguh sehingga perbuatan akhirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.

Kejujuran merupakan pondasi utama atas tegaknya nilai-nilai kebenaran karena jujur itu identik dengan kebenaran. Allah Swt. berfirman dala al-Qur'an yang Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-Ahzāb/33:70) Orang yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya (jujur) karena sangat berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataannya dengan perbuatan, atau berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat. Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. ash-¤aff/61:2-3)

Pesan moral dari ayat tersebut tidak lain adalah untuk memerintahkan satunya perkataan dengan perbuatan, atau dengan kata lain berkata dan berbuat jujur. Dosa besar di sisi Allah Swt., jika mengucapkan sesuatu yang tidak disertai dengan perbuatannya. Perilaku jujur dapat menghantarkan manusia yang melakukannya menuju kesuksesan dunia dan akhirat. Bahkan, sifat jujur adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap nabi dan rasul Allah. Orang-orang yang selalu istiqamah atau konsisten mempertahankan kejujuran, sesungguhnya ia telah mamiliki separuh dari sifat kenabian.

Jujur merupakan sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik itu berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanah disebut al-Amin, yakni orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Dinamai al-Amin karena segala sesuatu yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik gangguan yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat jujur dan terpercaya merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perusahaan, perniagaan, dan hidup bermasyarakat. Sifat-sifat dan akhlaknya yang sangat terpuji merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad saw. berhasil dalam membangun masyarakat Islam. Salah satu sifatnya yang menonjol adalah kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir hayat beliau sehingga ia mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya atau jujur).

Kejujuran akan membuat seseorang mendapatkan cinta kasih dan keridhaan Allah Swt. Sedangkan kebohongan adalah kejahatan yang tiada tara, yang merupakan faktor terkuat yang dapat mendorong seseorang berbuat kemunkaran dan menjerumuskannya ke jurang api neraka.

Kejujuran sebagai sumber keberhasilan, kebahagian, serta ketenteraman, yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Bahkan, seorang muslim wajib menanamkan nilai kejujuran tersebut kepada anak-anaknya sejak dini hingga diharapkan mereka dapat menjadi generasi yang meraih sukses dalam mengarungi kehidupan. Adapun kebohongan adalah sumber dari segala keburukan dan muara dari segala kecaman karena akibat yang ditimbulkannya adalah kejelekan, dan hasil akhirnya adalah kekejian. Akibat yang ditimbulkan oleh kebohongan adalah namimah (mengadu domba), dan namimah dapat melahirkan kebencian, sedangkan kebencian adalah awal dari permusuhan. Dalam permusuhan tidak ada keamanan, kenyamanan, dan kedamaian. Dapat dikatakan bahwa, “orang yang tidak jujur niscaya akan sedikit temannya dan lebih dekat kepada kesengsaraan.”

Simaklah sebuah puisi kejujuran berikut ini :

Perisai Kejujuran
karya : Adha R

Kejujuran merupakan sebuah perisai hidup...
Mari kita miliki dia
kita rengkuh dia
kita gapai dia
dia... adalah kejujuran
Terlalu banyak kepura-puraan dalam hidup ini
Mari kita cari kejujuran yang tersembunyi di dalam hati
walaupun seperti mencari sudut sebuah lingkaran
Apa artinya sebuah hati ...
jika tak ditemukan jujur di dalamnya
Apa artinya sebuah hati ...
jika kejujuran tidak bersemayam di dalamanya
Mulai saat ini sobat...
Perkuat perisai dirimu dengan sikap jujur
jujur... dan jujur 






اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian

Cermati gambar dan wacana berikut!

Kisah berikut ini mungkin dapat menginspirasi dan memotivasi kita agar selalu mempertahankan kejujuran dalam segala kondisi. Suatu ketika, Wasilah ibn Iqsa, salah seorang sahabat Rasulullah saw. sedang berada di pasar ternak. Saat itu ia sedang menyaksikan seseorang akan membeli seekor unta dan sedang melakukan tawar-menawar. Akhirnya unta itu dibeli dengan harga 300 dirham, dan si pembeli menuntun unta yang telah dibelinya.

Wasilah bergegas menghampiri si pembeli tersebut seraya bertanya, “Apakah unta yang engkau beli itu untuk disembelih atau sebagai tunggangan?” Si pembeli menjawab, “Unta ini untuk dikendarai.” Lalu Wasilah memberikan nasihat bahwa unta itu tidak akan tahan lama kalau ditunggangi karena di kakinya ada lubang karena cacat. Pembeli itu pun bergegas kembali menemui si penjual dan menggugatnya hingga akhirnya terjadi pengurangan harga 100 dirham.

Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin KepribadianSi penjual merasa jengkel kepada Wasilah seraya mengatakan, “Semoga engkau dikasihi Allah Swt., dan jual-beliku telah engkau rusak.” Mendengar ucapan tersebut, Wasilah berkata, “Kami sudah berbai’at kepada Rasulullah saw. untuk berlaku jujur kepada setiap muslim, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, ‘Tiada halal bagi siapa pun yang menjual barangnya kecuali dengan menjelaskan cacatnya, dan tiada halal bagi yang mengetahui itu kecuali menjelaskannya.’ (H.R. Hakim, Baihaki, dan Muslim dari Wasilah).” Itulah nilai-nilai dari kejujuran, walaupun berisiko, namun tetap harus dijunjung tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Kejujuran sangat mudah diucapkan oleh setiap orang, tetapi sedikit sekali yang dapat menerapkannya.


Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian


Berbagai cara dilakukan orang untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan hidupnya. Ada yang melakukan cara-cara yang memang seharusnya ditempuh dengan memotivasi diri dengan bekerja keras dan menaati aturan yang ada. Akan tetapi, tidak sedikit orang yang menempuh cara-cara yang bertentangan dengan hukum dan aturan yang berlaku, baik itu hukum agama maupun peraturan yang berlaku yang dibuat oleh pemerintah. Mereka jauh dari nilai-nilai kejujuran. Bagi mereka, cara apa pun boleh dilakukan, yang penting tujuannya tercapai.

Berani jujur itu hebat! adalah sebuah slogan yang saat ini marak disuarakan oleh para aktivis penggiat antikorupsi untuk mendukung kerja Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) dalam menjalankan tugasnya “menangkap” para koruptor. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa, semenjak dibentuknya KPK, sudah banyak penjahat “kerah putih” yang menggerogoti uang rakyat tertangkap oleh KPK. Mereka sudah memperoleh jabatan yang tinggi dengan segenap fasilitas yang diberikan oleh negara, tetapi masih saja melakukan praktik-praktik kotor dengan cara memanipulasi, menggelembungkan harga belanja barang, laporan keuangan fiktif dan sebagainya. Namun demikian, memang tidak semua pejabat berperilaku seperti itu. Banyak juga di antara pejabat di negeri ini yang masih memiliki hati nurani dengan berperilaku jujur dan amanah. Mereka hidup bersahaja dengan penghasilan yang cukup dan sah diberikan oleh negara.

Korupsi dimulai dari perilaku yang tidak jujur yang mungkin sudah sering dilakukan sejak kecil, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Analisislah apa saja perbuatan yang sering dilakukan sebagai perbuatan tidak jujur, baik di lingkungan keluarga, kerja, sekolah, maupun masyarakat! Apa saja upaya yang harus dilakukan untuk menghindari hal tersebut?

Mulai saat ini marilah kita coba untuk mempertahankan kejujuran sebagai cermin kepribadian kita.




اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Upaya Menghindari Minuman Keras, Judi, dan Pertengkaran. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Upaya Menghindari Minuman Keras, Judi, dan Pertengkaran


Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa Islam sangat melarang keras umatnya mengkonsumsi khamr (minuman keras), narkoba, dan sejenisnya. Minuman keras (beralkohol), narkoba, dan zat adiktif lain (zat yang membuat ketagihan) akan merusak fisik dan mental. Di samping itu orang yang melakukannya juga akan malas bekerja dan tidak bisa mengendalikan perekonomiannya, uang hanya akan habis untuk membeli minuman dan zat-zat terlarang tersebut.

Orang yang sudah ketagihan akan melakukan hal apapun asalkan minuman keras dan zat-zat terlarang itu bisa didapatkannya. Sungguh kita berlindung kepada Allah Swt. agar terhindar dari minuman keras dan zat-zat terlarang ini.

Upaya Menghindari Minuman Keras, Judi, dan PertengkaranSelain itu, wahai saudaraku yang berakhlak mulia, jauhilah judi. Pernahkah kamu mendengar kabar bahwa sebuah keluarga menjadi hancur berantakan karena orang tua mereka suka berjudi? Hal ini sangat sesuai dengan hasil dari suatu penenlitian yang pernah dilakukan oleh Universitas Melbourne, Australia. Hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa hampir setengah dari anggota keluarga yang memiliki kebiasaan berjudi mengalami kekerasan. Sejumlah kerabat bahkan mengatakan mereka sangat frustasi dengan masalah judi. Keluarganya menjadi hancur dan anak-anaknya yang menanggung penderitaan yang berkepanjangan. sekarang kita menjadi tahu kalau anak-anak dari keluarga yang suka berjudi ternyata terancam menjadi objek kekerasan daripada kasus kekerasan terhadap anak pada umumnya di masyarakat.

Bagaimanapun juga, yang namanya kekerasan, pertikaian, dan pertengkaran tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Selama persoalan dapat diselesaikan dengan baik, kita diperintahkan untuk menyelesaikan dengan cara damai. Kekerasan hanya akan menyuburkan benih-benih dendam yang berkepanjangan dan tak ada habisnya. Hal ini tentu membuat kehidupan kita menjadi tidak aman dan nyaman. Padahal Allah Swt. menghendaki agar manusia dapat hidup berdampingan dengan nyaman, aman, tenteram, dan damai. Sebagai seorang muslim, kita harus menjadi tegak berdiri menjadi pelopor terwujudnya kedamaian di keluarga, di lingkungan tempat kita belajar, dan masyarakat sekitar.




Sunday, September 14, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Dasar Prinsip Etika Bernegara. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Dasar Prinsip Etika Bernegara


Etika merupakan dasar dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan merupakan barometer peradaban bangsa. Suatu bangsa dikatakan berperadaban tinggi ditentukan oleh bagaimana warga bangsa tersebut bertindak sesuai dengan aturan main yang disepakati bersama. Perilaku dan sikap taat pada aturan main memungkinkan aktifitas dan relasi antara sesama warga berjalan secara wajar, efisien, dan tanpa hambatan yang berarti. Misalnya pada masyarakat Jawa, mereka dituntut dan diajarkan untuk memahami tentang arti penting etika. Sebab, etika yang juga sering disebut unggah-ungguh, sopan santun, tata krama, dan budi pekerti membuatnya mampu secara baik menempatkan diri dalam pergaulan sosial, dan itu akan sangat menentukan keberhasilan dalam hidup bermasyarakat.

Begitu pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, etika akan menjelaskan yang mana tingkah laku yang baik, hal-hal apa yang pantas, dan apa yang secara substansi mengandung kebaikan dan sebaliknya. Bangsa Indonesia sebagai bangsa timur, etika telah mendarah daging, telah dimiliki dan diterapkan dalam kerangka penghormatan terhadap nilai-nilai kebaikan, kemanusiaan, dan keadilan kolektif. Karena itu, kita masih yakin dan percaya, etika akan mengalir menjadi bagian dari kultur sosial dan antropologis bangsa Indonesia. Bahkan secara natural-genetis, di dalam diri bangsa Indonesia mengalir sifat-sifat luhur manusia, yang pada perkembangannya dirumuskan oleh tokoh-tokoh bangsa ke dalam dasar negara Pancasila, dan selanjutnya disepakati sebagai dasar dan orientasi bernegara.
Dasar Prinsip Etika Bernegara
Melalui Pancasila inilah, para pendiri negara kemudian menggariskan prinsip-prinsip dasar etis bernegara yang demikian jelas dan visioner. Prinsip-prinsip dasar Pancasila yang dituangkan dalam UUD 1945 dan disahkan PPKI pada 18 Agustus 1945, tidaklah hadir hanya sebagai intuitif atau tiba-tiba jatuh dari langit, melainkan melewati proses panjang penggalian yang mendalam. Meskipun baru dibahas dan dikemukakan dalam sidang BPUPKI menjelang Indonesia merdeka, pemikiran tentang prinsip-prinsip dasar berbangsa dan bernegara sebenarnya telah muncul dan dipersiapkan jauh-jauh sebelumnya.


Jauh sebelum Indonesia merdeka, berbagai pemikiran telah hadir yang mengarah kepada gagasan terciptanya konstruksi kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia. Beragam pemikiran dan gagasan mengenai politik, fundamen etis dan moral bangsa, ideologi, dan visi kebangsaan itu kemudian bersintesis dalam karakter keindonesiaan. Akhirnya, para penyusun UUD berhasil menggali dan mengakomodir nilai-nilai etika dan moral tersebut dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, baik di bidang politik, sosial, ekonomi, dan lain-lain untuk dituangkan ke dalam UUD 1945.

Nilai-nilai luhur itu selanjutnya disepakati untuk diformalisasi dengan sebutan Pancasila. Di dalam Pancasila itu, nilai ketuhanan ditempatkan sebagai sumber etika dan spiritualitas pada posisi yang sangat penting sebagai landasan etik kehidupan berbangsa dan bernegara. Penegasannya, Indonesia bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler, karena Indonesia melindungi hidupnya semua agama dan keyakinan serta mengembangkan agama untuk bisa memainkan peran yang berkaitan dengan penguatan etika sosial. Dalam pemikiran Pancasila, nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, dan sifat-sifat sosial manusia juga meruapakan landasan yang penting bagi etika politik kehidupan bernegara. Pengakuan dan pemuliaan hak-hak dasar warga negara secara adil dan beradab merupakan prasyarat yang tak dapat diabaikan dalam bernegara.


Dikutip dari : ETIKA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA
BERDASARKAN KONSTITUSI1
Oleh: Moh. Mahfud MD




اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran

Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran (Dikutip dari artikel tulisan Dr. Marzuki, M.Ag.)


Bagaimana kita menggambarkan mahalnya harga sebuah kejujuran? Saat ini, karakter yang paling “mahal” barangkali adalah kejujuran. Mengapa demikian? Kita semua tahu betapa sulitnya sekarang ini menemukan kejujuran itu. Misalnya dalam pemilihan umum, semua orang yang telah melakukan pencoblosan harus menyelupkan salah satu jarinya ke tinta ungu sebagai bukti telah melakukan pencoblosan dan tidak boleh mencoblos lagi. Hal ini mengindikasikan bahwa semua pemilih dalam pemilu tersebut dicurigai berpotensi tidak jujur. Semua orang diposisikan sama, baik ia sebagai pemimpin agama (kiyai) maupun penjahat,  yakni berpotensi tidak jujur. Pelaksanaan ujian nasional (Unas) di sekolah juga tidak berbeda. Semua siswa kita yang akan mengikuti unas tersebut dan semua pelaksananya dicurigai akan berbuat tidak jujur. Siapapun orangnya harus melakukan proses itu, sehingga dalam pelaksanaan unas mulai dari proses pembuatan soal ujian, pendistribusian soal, sampai pelaksanaannya melibatkan banyak sekali orang untuk mengawasinya. Sebut saja misalnya TPI (Tim Pemantau Independen), polisi, serta pengawas ujian. Namun, ternyata masih banyak kecurangan (tidak jujur) dalam pelaksanaan unas tersebut. Masih banyak fenomena lain yang memperlihatkan bahwa kejujuran di negara kita mahal harganya, seperti dalam penegakan hukum, politik, bahkan dalam dunia akademik di perguruan tinggi.
Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran
Makna Jujur

Dalam Agama Islam, jujur disebut shiddiq. Dari segi bahasa shiddiq bisa berarti: (1) yang suka pada kebenaran, (2) yang membuktikan ucapannya dengan perbuatan, dan (3) yang berbakti serta selalu mempercayai. Asal kata shiddiq adalah kata dasar shidq yang berarti kebenaran atau kejujuran. Dari makna-makna ini, jelas bahwa jujur (shiddiq) merupakan sifat terpuji yang sangat menonjolkan kejujuran atau kebenaran. Dengan kata lain, jujur diperlihatkan dengan satunya kata dengan perbuatan. Orang yang memiliki sifat jujur dalam perkataannya selalu dapat dibuktikan dengan perilakunya. Apa yang dikatakannya selalu selaras dengan yang dipraktikkannya.

Sifat shiddiq merupakan salah satu dari sifat yang dimiliki para nabi dan rasul Allah Sew. Nabi Muhammad saw. adalah orang yang memiliki sifat shiddiq. Apa yang dikatakannya selalu terbukti dan selaras dalam perbuatannya. Nabi selalu mengerjakan apa yang telah dikatakannya. Nabi juga memerintahkan kepada umatnya untuk memiliki sifat jujur ini, karena jujur akan membawa kepada kebaikan dan akhirnya akan mengantarkan kita ke surga. Sebaliknya, Nabi melarang kita berbohong, karena bohong itu akan membawa kepada kejahatan dan pada akhirnya akan mengantarkan kita ke neraka. Rasulullah Swt. bersabda: “Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga."

Seorang manusia yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan dictaat oleh Allah sebagai orang yang jujur (shiddiq). Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah Swt. sebagai pembohong (kadzdzab).” (HR. al-Bukhari). Setiap Muslim harus selalu menjunjung tinggi kejujuran kapan dan di mana pun berada. Sebagai mahasiswa, jujur akan mengantarkan mahasiswa tersebut menjadi sarjana yang terhormat yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa yang arif. Sebagai pegawai atau karyawan, kejujuran dapat mengantarkannya menjadi orang yang sukses dan berwibawa dan akibatnya akan membawa lembaga tempat kerjanya terus maju, meskipun secara perlahan. Sebagai pemimpin, jujur sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan dan dukungan bawahannya. Pemimpin yang tidak jujur dapat membahayakan dirinya, bawahannya dan bahkan lembaga yang dipimpinnya. Karena itu, untuk mengangkat nama baik agama (Islam) dibutuhkan pemimpin agama yang jujur.

Sebuah kejujuran memang mahal harganya, sifat dan sikap jujur dapat terlihat dalam berbagai bentuk.
Pertama, benar dalam perkataan. Setiap Muslim harus selalu berkata benar dalam keadaan apa pun dan dalam kondisi bagaimana pun. Orang yang berkata benar akan dicintai oleh Allah swt. dan dipercaya oleh masyarakat. Orang yang suka berbohong tidak akan pernah dipercaya oleh masyarakat. Dan berbohong merupakan salah satu ciri orang munafiq. Rasulullah saw. bersabda: “Tanda-tanda orang munafiq ada tiga, yaitu: apabila berkata bohong, bila berjanji memungkiri, dan bila dipercaya berkhianat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Kedua, benar dalam pergaulan. Sehubungan dengan mahalnya harga sebuah kejujuran, seorang Muslim tidak cukup hanya benar dalam perkataannya, tetapi juga harus benar dalam pergaulannya. Dalam pergaulannya dengan manusia lain, seorang Muslim dilarang menipu, bohong, berkhianat, dan yang sejenisnya. Dengan bekal kejujuran, seorang muslim akan dapat bergaul dengan baik di masyarakat dan akan dipercaya oleh masyarakat.
Ketiga, benar dalam kemauan. Setiap umat Muslim juga harus benar dalam kemauannya. Dengan bekal kejujuran, seorang muslim akan dapat menuruti kemauannya yang benar. Kemauan yang benar juga harus dipraktikkan dengan cara-cara yang benar. Jangan sampai kebenaran dicampuradukkan dengan kebatilan, karena hal itu dilarang  keras dalam agama (QS. al-Baqarah [2]: 42).
Keempat,benar dalam berjanji. Seorang Muslim harus selalu menepati janjinya. Nabi menyuruh menepati janji ini sampai kepada anak kecil sekali pun. Beliau bersabda: “Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri korma ini, kemudian dia tidak memberinya, maka dia telah membohongi anak itu.” (HR. Ahmad). Jadi, bila berjanji orang Muslim harus menepatinya, apalagi jika ia seorang pemimpin. Allah Swt. menyukai dan memuji orang-orang yang menepati janji (QS. Maryam [19]: 54).
Kelima, benar dalam kenyataan. Seorang Muslim, harus menampilkan apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya dan jangan membohongi masyarakat di sekitarnya. Kenyataan yang dialami hendaknya yang ditampakkan apa adanya kepada orang lain.
Mahalnya Harga Kejujuran
Mahalnya Harga Kejujuran

Semoga dengan membaca artikel ini, kita dapat lebih yakin betapa mahalnya harga sebuah kejujuran, aamiin.

sumber: uny.ac.id




Saturday, September 13, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Keuntungan Sikap Hormat dan Patuh kepada Guru. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Keuntungan Sikap Hormat dan Patuh kepada Guru


Hormat dan patuh kepada guru sangatlah ditekankan dalam agama Islam. Guru adalah orang yang mengajarkan kita dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan mendidik kita sehingga menjadi orang yang mengerti dan dewasa. Walau bagaimanapun tingginya pangkat atau kedudukan seseorang, dia adalah bekas seorang pelajar yang tetap berhutang budi kepada gurunya yang pernah mendidik pada masa dahulu.

Hormat dan Patuh kepada GuruGuru adalah orang yang mengetahui ilmu (‘alim/ulama), guru  (‘alim/ulama) adalah orang yang takut kepada Allah Swt. Firman Allah swt. dalam Al-Qur'an yang artinya:
“Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (Q.S. Fathir/35: 28)

Guru adalah pewaris para nabi. Karena lewat seorang guru, wahyu atau ilmu para nabi diteruskan kepada umat manusia. Imam Al-Gazali mengkhususkan seorang guru dengan sifat-sifat kesucian, kehormatan, dan penempatan guru langsung sesudah kedudukan para nabi. Beliau juga menegaskan bahwa: “Seorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, maka dialah yang dinamakan besar di bawah kolong langit ini, dia ibarat matahari yang menyinari orang lain dan mencahayai dirinya sendiri, ibarat minyak kesturi yang baunya dinikmati orang lain dan dia sendiri pun harum. Siapa yang berkerja di bidang pendidikan, maka sesungguhnya dia telah memilih pekerjaan yang terhormat dan yang sangat penting, maka hendaknya dia memelihara adab dan sopan satun dalam tugasnya ini.”

Penyair Syauki juga mengakui nilainya seorang guru dengan kata-kata sebagai berikut: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rasul.”

Guru merupakan bapak rohani bagi seorang murid, gurulahlah yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak, dan membimbing para muridnya. Maka, menghormati guru berarti penghargaan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah, mereka hidup dan berkembang.

Sesuai dengan ketinggian derajat dan martabat seorang guru, tidak heran kalau para ulama sangat menghormati guru-guru mereka. Cara mereka memperlihatkan penghormatan terhadap gurunya antara lain sebagai berikut.
  1. Mereka selalu rendah hati terhadap gurunya, meskipun ilmu sudah lebih banyak ketimbang gurunya.
  2. Mereka menaati setiap arahan serta bimbingan guru, seperti seorang pasien yang tidak tahu apa-apa tentang penyakitnya dan hanya mengikut arahan seorang dokter pakar yang mahir.
  3. Mereka juga senantiasa berkhidmat kepada guru-guru mereka dengan mengharapkan balasan pahala serta kemuliaan di sisi Allah Swt.
  4. Mereka memandang guru dengan perasaan penuh hormat dan ta’zim (memuliakan) serta memercayai kesempurnaan ilmunya. Hal ini akan lebih membantu pelajar untuk memperoleh manfaat dari apa yang disampaikan oleh guru mereka.
keuntungan sikap hormat dan patuh kepada guru

Beberapa Keuntungan Sikap Hormat dan Patuh kepada Guru

Berdasarkan uraian di atas, betapa pentingnya sikap hormat dan patuh kepada guru. Dengan menghormati seorang guru, kita akan mendapatkan berbagai macam keuntungan, antara lain sebagai berikut.
  1. Ilmu yang diperoleh akan menjadi berkah dalam kehidupan kita.
  2. Akan lebih mudah menerima pelajaran yang disampaikan.
  3. Ilmu yang diperoleh dari guru akan menjadi bermanfaat bagi orang lain.
  4. Akan selalu didoakan oleh guru.
  5. Akan membawa berkah, memudahkan urusan, serta dianugerahi nikmat yang lebih dari Allah Swt.
  6. Seorang guru tidak selalu berada di atas muridnya. Ilmu dan kelebihan itu merupakan anugerah dan Allah Swt. akan memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.




اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua

Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru sangatlah ditekankan dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’an juga menegaskan kepada umat Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya.

Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah Al-Isra' yang artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)

Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua
Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.

Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)

Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

Banyak dari kita yang tidak menyadari sebenarnya ada bermacam rutinitas orang tua, terutamanya Ibu kita yang sebenarnya cukup melelahkan, namun atas dasar tanggung jawab sebagai orang tua, tidak menjadikan mereka berkeluh kesah terhadap perkara-perkara rutinitas dalam keseharian itu. Maka wajib bagi kita selaku anak untuk membantu meringankan beban orang tua tersebut, seperti halnya membantu menyapu halaman, mengepel lantai, mencuci piring, membersihkan rumah dan pekerjaan-pekerjaan lainnnya. Meskipun mungkin kita tidak setiap saat membantu mereka dalam meringankan pekerjaan-pekerjaan tersebut, tapi niscaya hal itu akan membuat orang tua kita merasa bahagia.

Kita selayaknya berlaku lemah lembut dalam bertutur kata saat berbicara dengan orang tua kita, jagalah setiap tutur kata kita, jauhilah ucapan-ucapan bernada tinggi, apalagi dengan kata-kata kasar. Kepada pimpinan saja kita bisa berusaha santun (meskipun kadangkala hanya basa-basi), seharusnya kita juga dapat bertutur lemah lembut terhadap orang tua kita. Kadangkala kita melihat seorang anak yang berkata kepada orang tuanya dengan cara berteriak-teriak, hal tersebut dapat melukai perasaan orang tuanya, dan laknat Allah Swt. akan mendekatinya,

Jika orang tua memerintahkan suatu hal yang dapat kita jalankan, maka janganlah menolak atau menunda-nunda jika memang kita tidak memiliki halangan dalam perkara tersebut. Orang tua telah memelihara dan melayani kita sejak kita lahir, sejak masih bayi hingga dewasa dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Sangat tidak pantas ketika tiba saatnya orang tua kita minta tolong kepada kita untuk melakukan suatu perkara yang sanggup kita kerjakan, namun kita masih mencari-cari alasan untuk mengelak dari perintah tersebut.

Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali, bahwa  berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”

Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua dan guru.

Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.
  1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.
  2. Apabila kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
  3. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
  4. Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
  5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.





Friday, September 12, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Hidup Sehat dengan Makanan dan Minuman yang Halal serta Bergizi. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Hidup Sehat dengan Makanan dan Minuman yang Halal serta Bergizi

Hidup Sehat dengan Makanan dan Minuman yang Halal serta Bergizi
Pernahkan kalian merasakan lapar dan haus? Pada saat lapar dan haus itu, tubuh kita menjadi lemas dan merasa tidak bertenaga. Bagaimana seupaya tubuh kita menjadi segar dan bertenaga kembali? Tentu saja kita harus makan dan minum. Kita dapat memperoleh makanan dan minuman dari berbagai macam sumber. Makanan dan minuman tersebut tentunya yang halal dan baik bagi tubuh kita.

Agama Islam melarang umatnya untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram. Kita harus waspada dengan segala macam tipu daya setan sebab makanan dan minuman haram dapat membuat tubuh, jiwa, dan akal kita menjadi rusak. Kita menjadi malas untuk beribadah dan timbul keinginan berbuat maksiat. Mengapa demikian? Itu semua karena bahan makanan akan menjadi sumber energi bagi tubuh. Jika sumber energinya baik, maka berakibat baik.

Sebaliknya jika sumber energinya buruk maka juga berakibat buruk bagi kita. Seperti yang telah kita pahami bersama, bahwa setan senantiasa menggoda manusia agar ingkar kepada Allah Swt. Amatilah di sekitarmu, tentu banyak sekali makanan dan minuman yang haram. Namun, anehnya banyak masyarakat bahkan umat Islam sekalipun mengkonsumsinya dengan berbagai macam alasan. Bahkan ada yang mengkonsumsinya dengan alasan untuk pengobatan penyakit tertentu, sementara obat yang lain masih banyak. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha sekuat tenaga agar makanan dan minuman yang kita konsumsi itu halal lagi baik.




Wednesday, September 10, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Manfaat Mengkonsumsi Makanan dan Minuman yang Halal. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Manfaat Mengkonsumsi Makanan dan Minuman yang Halal

Tahukah kamu  bahwa Allah Swt. telah mempersiapkan semua kebutuhan manusia sebelum menciptakannya? Allah telah menyediakan banyak makanan dan minuman untuk kelangsungan hidup seluruh manusia di bumi ini. Dari sekian banyak makanan dan minuman itu, orang yang beriman tentu akan memilih yang halal dan menghindari yang haram. Sedangkan orang yang mengonsumsi makanan dan minuman haram berarti dia melanggar ketentuan Allah Swt. Tempat yang cocok bagi mereka adalah neraka. Ketahuilah bahwa dengan menaati ketentuan Allah dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal akan membuat hidup kita menjadi berkah.

Mengapa Allah menyuruh kita memakan dan meminum yang halal? Ternyata makanan dan minuman yang haram itu memiliki banyak mudharatnya. Di antaranya merupakan sumber penyakit sehingga membuat tubuh menjadi lemah. Lebih parah lagi, kita akan menjadi orang yang dibenci Allah dan Rasul-Nya. Marilah wahai generasi Islam, kita memakan dan meminum yang halal agar tubuh menjadi sehat, agar bisa lebih rajin beribadah yang nantinya mendapatkan ridho Allah Swt.

Mari kita cermati berita-berita kriminal yang marak saat ini. Jika kamu jeli, segala tindakan kriminal itu selalu berkaitan dengan suatu barang yang diharamkan. Mereka melakukan tindakan kriminal dan hasilnya digunakan untuk membeli barang haram misalnya narkoba. Jika mereka mengonsumsinya, sudah pasti mereka akan kehilangan akal dan kesadaran.

manfaat mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal
Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk mengetahui suatu makanan itu halal atau haram. Ini dimaksudkan agar kita tidak salah memilih yang akhirnya berdampak kurang baik bagi tubuh kita.

Agama Islam merupakan agama yang sempurna. Semua hal dalam kehidupan kita sudah diatur oleh Allah Swt.  termasuk halal haramnya suatu makanan dan minuman. Allah Swt. menghalalkan semua makanan dan minuman yang mengandung maslahat dan manfaat bagi manusia. Sebaliknya, Allah Swt. mengharamkan semua makanan dan minuman yang menimbulkan mudarat atau keburukan bagi manusia. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesucian dan kebaikan hati dan akal, maupun ruh dan jasad manusia.


Manfaat Mengkonsumsi Makanan dan Minuman yang Halal adalah sebagai berikut :
  1. Mendapat rida Allah Swt. karena telah menaati perintah-Nya dalam memilih jenis makanan dan minuman yang halal.
  2. Memiliki akhlakul karimah karena setiap makanan dan minuman yang telah dikonsumsi akan berubah menjadi tenaga yang digunakan untuk beraktivitas dan beribadah.
  3. Terjaga kesehatannya karena setiap makanan dan minuman yang telah dikonsumsi bergizi dan baik untuk kesehatan badan.

Jika dilihat dari dzatnya, semua jenis makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun binatang hukumnya adalah halal, kecuali jika ada dalil al-Qur’an atau Hadis yang mengharamkannya. Secara lebih mendalam, makanan dan minuman halal harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut :

  1. Didapatkan dengan cara yang dibenarkan oleh syari'at Islam, yaitu dengan cara-cara yang tidak batil. Allah berfirman: "Dan janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain diantara kalian dengan cara yang batil, dan  kalian membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kalian dapat memakan sebagian dari harta orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kalian mengetahui" (Q.S. Al-Baqarah 2:188). Cara yang batil merupakan segala cara yang mengambil hak orang lain, baik secara halus apalagi kasar, tersembunyi atau terang-terangan, langsung atau tidak langsung, dilakukan sendiri ataupun bersama-sama dengan orang lain, seperti pencurian, penipuan, perampokan atau dalam istilah yang populer sekarang ini korupsi, kolusi, dan nepotisme dan lain sebagainya.
  2. Halal dzatnya. Pada prinsipnya semua jenis makanan dan minuman yang ada di bumi halal bagi manusia, kecuali yang diharamkan oleh Al-Quran dan Sunnah. Allah berfirman: "Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian dan Ia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Ia Maha Mengetahui segala sesuatu" . Yang diharamkan itu ada yang sebab memang dzatnya (makanan atau minuman) itu dinyatakan haram secara eksplisit oleh Al-Quran seperti babi dan darah (Q.S. Al-Maidah 5:3), khamar (Q.S. Al-Maidah 5:90); ada yang diharamkan sebab sudah menjadi bangkai (Q.S. Al-Maidah 5:3) kecuali bangkai ikan (H.R. Bukhari Muslim); ada yang diharamkan sebab cara dan niat penyembelihannya yang tidak benar seperti disembelih atas nama berhala, disembelih dengan tidak membaca basmallah, dicekik, dipukul, ditanduk atau diterkam binatang buas (Q.S. Al-Maidah 5:i); ada yang diharamkan sebab sifat-sifatnya seperti menjijikkan, bertaring, buas dan lain sebagainya (dijelaskan dalam hadits-hadits).
  3. Makanan dan minuman itu dinyatakan baik, dalam arti tidak memberi mudharat kepada yang mengkonsumsinya. Manfaat dan mudharat itu ditentukan oleh keadaan fisik  yang mengkonsumsinya. Antara seorang dengan lainnya tentu keadaannya tidak sama. Makanan dan minuman jenis tertentu, sekalipun dari dzat yang halal, tapi bila membahayakan nyawa orang tertentu, maka makanan dan minuman itu dinyatakan tidak baik, dan oleh karenanya haram bagi orang itu. Dinyatakan haram sebab perbuatannya itu dapat dikategorikan bunuh diri yang dilarang oleh Al-Quran. Karena kriteria halal suatu makanan dan minuman dikaitkan juga dengan mudharat dan manfaatnya bagi manusia, maka Allah memerintahkan kita untuk selalu berusaha memakan tidak hanya sekedar halal, tetapi juga baik seperti dalam firman-Nya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan, sebab sesungguhnya syaitan itu merupakan musuh yang nyata bagimu" . "Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kalian beriman kepada-Nya" (Q.S. Al-Maidah 5:88). 
(sumber : http://www.pcim-jepang.org/index.php/kajian/127-makanan-dan-minuman-yang-halal)