Apa pengertian etos kerja? Dari sumber Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari kata "ethikos" (bahasa Yunani), yang memiliki arti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa Yunani kuno dan modern, etos memiliki arti sebagai keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk seseorang. Sedangkan Webster's New Word Dictionary, 3rd College Edition, mendefinisikan etos sebagai kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Jadi dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika. Nilai-nilai etika ini jika kita kaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja, keras, ulet, tekun, berdisplin tinggi, menahan diri, dan nilai-nilai etika lainnya ditemukan pada semua golongan masyarakat dan bangsa.
Pandangan Islam terhadap Etos Kerja
Manusia sebagai makhluk memiliki banyak kebutuhan dan kepentingan dalam kehidupannya, sudah menjadi kewajiban manusia untuk berusaha memenuhinya. Seorang muslim harus dapat menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat. Tidaklah semata hanya berorientasi pada kehidupan akhirat saja, tapi juga harus memikirkan kepentingan kehidupannya di dunia. Menurut pandangan Islam, Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, wajiblah seorang muslim untuk bekerja.
Bekerja adalah kodrat dari kehidupan, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik, biologis, maupun kehidupan individual dan sosial dalam berbagai bidang. Seseorang layak untuk mendapatkan predikat yang terpuji, seperti potensial, aktif, dinamis, produktif atau profesional, semata-mata disebabkan oleh prestasi kerjanya. Karena itu, agar manusia benar-benar “hidup”, dalam kehidupan ini, ia memerlukan ruh (spirit). Untuk ini, al-Qur’an diturunkan sebagai spirit hidup, sekaligus sebagai nur (cahaya) yang tak kunjung padam agar aktivitas hidup manusia tidak tersesat.
Dalam al-Qur’an maupun hadis, banyak ditemukan perintah seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umat-Nya untuk bekerja terdapat dalam Q.S. at-Taubah/9:105 yang artinya :
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)
Q.S. at-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk bersemangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh manusia akan kembali kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya selama di dunia. Sedangkan mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
Sebutan lain dari ganjaran adalah imbalan atau upah atau kompensasi. Imbalan dalam etos kerja menurut pandangan Islam menekankan pada dua aspek, yaitu aspek dunia dan aspek akhirat. Namun, penekanan kepada akhirat itu lebih penting daripada penekanan kepada dunia (dalam hal ini materi). Ayat di atas juga menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan manusia untuk bekerja, dan Allah Swt. pasti membalas semua yang telah kita kerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini adalah penegasan Allah Swt. bahwa motivasi atau niat bekerja itu harus benar.
Umat Islam dianjurkan agar tidak hanya merasa cukup dengan melakukan “tobat” saja jika melakukan kesalahan, tetapi harus dibarengi dengan usaha-usaha untuk melakukan perbuatan terpuji yang lainnya, seperti membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan, menunaikan zakat, menyegerakan untuk mengerjakan shalat, saling menasihati teman dalam hal kebenaran dan kesabaran, dan masih banyak lagi usaha-usaha lain yang sangat terpuji. Semua itu dilakukan atas dasar ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah Swt. dan yakin bahwa Allah Swt. pasti menyaksikan itu.
Ayat ini pun berisi peringatan bahwa perbuatan mereka itu nantinya akan diperlihatkan pula kepada rasul dan kaum muslimin lainnya kelak di hari kiamat. Dengan demikian, akan terlihatlah kebajikan dan kejahatan yang mereka lakukan selama di dunia sesuai amal perbuatannya. Bahkan, di dunia ini pun sudah sering kita saksikan, bagaimana gambaran orang-orang yang berbuat jahat seperti pencuri, koruptor, penipu, pemerkosa, dan lain sebagainya. Banyaknya berita tentang korupsi, bagaimana koruptor dipertontonkan di ruang publik. Ini menandakan bahwa di dunia pun perbuatan kita jahat sudah dipertontonkan. Apalagi kelak di akhirat yang pasti sangat nyata dan tidak bisa ditutup-tutupi.
Marilah kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan maksimal. Bekerja sesuai dengan aturan Allah Swt. dan rasul-Nya. Kalau pekerjaan itu tidak baik dan tidak benar, maka jauhilah! Jangan sampai di kemudian hari baru menyesal. Sungguh tidak ada artinya.
Tugas:
Pandangan Islam terhadap Etos Kerja
Manusia sebagai makhluk memiliki banyak kebutuhan dan kepentingan dalam kehidupannya, sudah menjadi kewajiban manusia untuk berusaha memenuhinya. Seorang muslim harus dapat menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat. Tidaklah semata hanya berorientasi pada kehidupan akhirat saja, tapi juga harus memikirkan kepentingan kehidupannya di dunia. Menurut pandangan Islam, Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, wajiblah seorang muslim untuk bekerja.
Bekerja adalah kodrat dari kehidupan, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik, biologis, maupun kehidupan individual dan sosial dalam berbagai bidang. Seseorang layak untuk mendapatkan predikat yang terpuji, seperti potensial, aktif, dinamis, produktif atau profesional, semata-mata disebabkan oleh prestasi kerjanya. Karena itu, agar manusia benar-benar “hidup”, dalam kehidupan ini, ia memerlukan ruh (spirit). Untuk ini, al-Qur’an diturunkan sebagai spirit hidup, sekaligus sebagai nur (cahaya) yang tak kunjung padam agar aktivitas hidup manusia tidak tersesat.
Dalam al-Qur’an maupun hadis, banyak ditemukan perintah seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umat-Nya untuk bekerja terdapat dalam Q.S. at-Taubah/9:105 yang artinya :
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)
Q.S. at-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk bersemangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh manusia akan kembali kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya selama di dunia. Sedangkan mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
Sebutan lain dari ganjaran adalah imbalan atau upah atau kompensasi. Imbalan dalam etos kerja menurut pandangan Islam menekankan pada dua aspek, yaitu aspek dunia dan aspek akhirat. Namun, penekanan kepada akhirat itu lebih penting daripada penekanan kepada dunia (dalam hal ini materi). Ayat di atas juga menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan manusia untuk bekerja, dan Allah Swt. pasti membalas semua yang telah kita kerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini adalah penegasan Allah Swt. bahwa motivasi atau niat bekerja itu harus benar.
Umat Islam dianjurkan agar tidak hanya merasa cukup dengan melakukan “tobat” saja jika melakukan kesalahan, tetapi harus dibarengi dengan usaha-usaha untuk melakukan perbuatan terpuji yang lainnya, seperti membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan, menunaikan zakat, menyegerakan untuk mengerjakan shalat, saling menasihati teman dalam hal kebenaran dan kesabaran, dan masih banyak lagi usaha-usaha lain yang sangat terpuji. Semua itu dilakukan atas dasar ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah Swt. dan yakin bahwa Allah Swt. pasti menyaksikan itu.
Ayat ini pun berisi peringatan bahwa perbuatan mereka itu nantinya akan diperlihatkan pula kepada rasul dan kaum muslimin lainnya kelak di hari kiamat. Dengan demikian, akan terlihatlah kebajikan dan kejahatan yang mereka lakukan selama di dunia sesuai amal perbuatannya. Bahkan, di dunia ini pun sudah sering kita saksikan, bagaimana gambaran orang-orang yang berbuat jahat seperti pencuri, koruptor, penipu, pemerkosa, dan lain sebagainya. Banyaknya berita tentang korupsi, bagaimana koruptor dipertontonkan di ruang publik. Ini menandakan bahwa di dunia pun perbuatan kita jahat sudah dipertontonkan. Apalagi kelak di akhirat yang pasti sangat nyata dan tidak bisa ditutup-tutupi.
Marilah kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan maksimal. Bekerja sesuai dengan aturan Allah Swt. dan rasul-Nya. Kalau pekerjaan itu tidak baik dan tidak benar, maka jauhilah! Jangan sampai di kemudian hari baru menyesal. Sungguh tidak ada artinya.
Tugas:
- Carilah ayat dan hadis yang berhubungan dengan etos kerja menurut pandangan Islam !
- Jelaskan pesan-pesan yang termaktub pada ayat dan hadis yang kamu temukan itu !
- Hubungkanlah pesan-pesan ayat dan hadis tersebut dengan kondisi sebenarnya di lapangan yang kamu temui !
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.