Syahdan, dalam kurun waktu yang tak terlalu lama, Abu Nawas hampir mati sebanyak dua kali.Pertama saat Abu Nawas akan dimakan oleh suku kanibal di pedalaman dan yang kedua ketika Abu Nawas akan diberikan
hukuman pancung dari Sang Raja. Namun... kita semua pasti sudah kenal Abu nawas dengan 1001 akalnya.
Mari kita ikuti kisahnya
Pada suatu waktu, tokoh kita Abu Nawas sedang pelesiran, dia berjalan-jalan hingga tanpa disadarinya dia sampai
di kampung pedalaman. Kampung tersebut tempatnya ada di daerah gurun yang jauh
dari tempat tinggalnya. Di kampung pedalaman yang tampak primitif itu, nampak keramaian, dan setelah lebih dekat, Abu Nawas melihat kerumunan orang yang sedang memasak bubur.
Abu Nawas akan Dijadikan Campuran Bubur
Saat Abu Nawas sedang mengamati suasana, tanpa disadarinya, puluhan
pasang mata penduduk pedalaman tersebut mengawasinya. Tak berapa lama setelah itu, Abu Nawas
sudah ditangkap dan diikat oleh para penduduk setempat. Abu Nawas berusaha melawan tapi tidak berdaya, lalu Abu Nawas
dibawa ke tempat kerumunan orang yang sedang membuat bubur
tersebut.
Kemudian datanglah seorang berbadan kekar dengan golok tajam ditangannya, dia mendekati Abu Nawas.
"Hei, kenapa aku ditangkap?" tanya Abu Nawas.
Salah seorang penduduk menjelaskan bahwa setiap ada orang asing,
mereka akan menyembelihnya, lalu mencampurnya ke dalam bubur dan
memakannya. Mendengar penjelasan itu, tentu saja Abu Nawas ketakutan. Namun,
meski dalam keadaan terjepit, dia masih sempat memutar otaknya untuk dapat meyelamatkan diri dari kematian di tempat itu.
"Tunggu dulu...
badanku kurus kering, jadi dagingku tidak banyak, kalian lihat saja sendiri, Kalau mau,
besok akan aku bawakan temanku yang badannya gemuk, biar kalian bisa makan
lebih puas. Aku berjanji, maka lepaskan aku, "pinta Abu
Nawas.
Penduduk pedalaman tersebut tertarik dengan janji Abu Nawas, dan akhirnya Abu Nawas dilepaskan. Abu Nawas memutar otaknya untuk menemukan cara agar dirinya berhasil membawa teman yang
gemuk. Tiba-tiba terlintas di pikirannya Sang Raja Harun Ar-Rasyid.
"Seharusnya sang raja tahu tentang kondisi ini dan alangkah baiknya jika dia mengetahuinya sendiri," kata Abu Nawas dalam hati.
Setelah menyusun siasat, Abu Nawas segera menghadap raja. Dengan berbagai bujuk rayunya,
akhirnya sang raja berhasil diajaknya pergi hanya berdua saja, tanpa pengawal. Sesampainya di
kampung pedalaman itu, penduduk langsung menangkap
raja. Abu Nawas pun segera meninggalkan kampung itu. Dalam hatinya dia
berpikir,
"Bila raja pintar, pasti dia akan bisa membebaskan diri, tapi kalau tidak, maka dia tak pantas menjadi raja, lebih baik dia mati saja."
Sebenarnya Abu Nawas yakin bahwa rajanya
cukup cerdas untuk bisa meloloskan diri dari kampung pedalaman itu.
Sementara itu, Raja Harun Ar-Rasyid yang sedang ditawan tidak menyangka sama sekali akan dimasak oleh penduduk kampung pedalaman yang masih merupakan wilayah
kekuasaannya. Dalam keadaan takut, raja cepat-cepat betfikir dan berkata : "Jika dimakan dengan bubur, dagingku ini tidaklah terlalu banyak karena banyak
lemaknya. Kalau diijinkan, kalian akan aku buatkan peci kemudian dijual
dengan harga jauh lebih mahal daripada harga buburmu itu, "bujuk Raja
Harun ke warga kampung pedalaman.
Penduduk percaya dan menyetujuinya, mereka meminta raja untuk menyelesaikan peci itu. Setelah peci selesai dibuat, raja pun dibebaskan.
Dihukum Gantung
Setelah Raja Harun Ar-Rasyid dibebaskan, Abu Nawas segera dipanggil karena telah berani membohongi dan mencelakakan rajanya sendiri.
"Wahai Abu Nawas, engkau telah membahayakan diri raja, kamu harus digantung !"ujar Raja Harun dengan marah.
Lagi-lagi, Abu Nawas berhasil memutar otaknya, dia minta diberikan waktu untuk pembelaan dirinya.
"Baiklah, tetapi kalau ucapamu tidak benar, niscaya engkau akan dibunuh hari ini juga,"ujar Raja.
"Tuan hamba, alasan hamba menyerahkan tuan kepada penduduk itu karena ingin
menunjukkan fakta kepada Paduka. Karena semua kejadian yang terjadi di dalam negeri
ini adalah tanggung jawab Paduka kepada Allah SWT kelak. Raja yang bijaksana
sebaiknya mengetahui perbuatan rakyatnya, "kata Abu Nawas.
Setelah mendengar pembelaan diri Abu Nawas yang tepat itu, Raja Harun Ar-Rasyid
menerimanya dan segera membebaskan Abu Nawas. Setelah itu raja memerintahkan perdana menteri untuk melakukan
pembinaan kepada suku pedalaman yang kanibal tersebut.