Thursday, July 31, 2014

Kisah Abu Nawas : Berbincang dengan Jokowi tentang Laut Indonesia

Syahdan, sehari setelah pengumuman capres dari KPU, saat tidur malam, Jokowi bermimpi bertemu dengan Abu Nawas. Walaupun Jokowi tidak pernah bertemu langsung dengan sang lagenda karena perbedaan jaman kehidupan, Jokowi sangat tahu akan kepintaran dan kearifan Abu Nawas. "Ini adalah kesempatan baik untuk bertanya kepada Abu Nawas", kata Jokowi dalam hatinya.

"Mengapa anda mengunjungiku dalam mimpi wahai Abu Nawas ?", tanya Jokowi.
"Wahai Jokowi, dijamanku, Raja Harun Arrasyid dikenal dengan raja yang bijaksana, aku ingin engkau memimpin Indonesia nanti dengan bijaksana seperti beliau".

Jokowi juga sangat mengenal kearifan dan kebijaksanaan Raja Harun Arrasyid dari buku-buku yang pernah dibacanya tapi Jokowi merasa kebijaksanaan Raja Harun Arrasyid sangat luar biasa, masih jauh di atasnya. Jokowi ingin melihat kepintaran Abu Nawas, dia mencoba membuat alasan walaupun tidak ada hubungannya, "Tapi.... beliau itu badannya gemuk, sedangkan badanku kurus... bagaimana bisa aku seperti beliau".

Abu Nawas berkata "Benar katamu wahai Jokowi, tapi tahukah kamu apa perbedaan utama dari orang gemuk dan kurus ? Orang kurus itu makan hati, sedangkan orang gemuk makan tempat"

Jokowi tertawa mendengar jawaban Abu Nawas, dia lalu bertanya "Wahai Abunawas, Indonesia adalah negara maritim yang kaya dengan laut, aku ingin membuat semua air laut di Indonesia yang asin menjadi tawar hingga bisa diminum oleh rakyatku, tahukan engkau bagaimana caranya ?"

Abu Nawas berfikir sejenak, dia tahu pertanyaan itu adalah pertanyaan untuk mengujinya karena hal itu memang mustahil, "Itu gampang, Buatlah undang-undang untuk melarang nelayan menangkap ikan di laut". Jokowi bingung, "Apa hubungannya ?".

"Air laut menjadi asin karena ikan-ikan berkeringatan saat berusaha lari dari tangkapan para nelayan", jawab Abu Nawas sambil tersenyum.


Saturday, July 26, 2014

Kisah Abu Nawas : Dua Kali Terlepas dari Kematian

Syahdan, dalam kurun waktu yang tak terlalu lama, Abu Nawas hampir mati sebanyak dua kali.Pertama saat Abu Nawas akan dimakan oleh suku kanibal di pedalaman  dan yang kedua ketika Abu Nawas akan diberikan hukuman pancung dari Sang Raja. Namun... kita semua pasti sudah kenal Abu nawas dengan 1001 akalnya.


Mari kita ikuti kisahnya

Pada suatu waktu, tokoh kita Abu Nawas sedang pelesiran, dia berjalan-jalan hingga tanpa disadarinya dia sampai di kampung pedalaman. Kampung tersebut tempatnya ada di daerah gurun yang jauh dari tempat tinggalnya. Di kampung pedalaman yang tampak primitif itu, nampak keramaian, dan setelah lebih dekat, Abu Nawas melihat kerumunan orang yang sedang memasak bubur.

Abu Nawas akan Dijadikan Campuran Bubur

Saat Abu Nawas sedang mengamati suasana, tanpa disadarinya, puluhan pasang mata penduduk pedalaman tersebut mengawasinya. Tak berapa lama setelah itu, Abu Nawas sudah ditangkap dan diikat oleh para penduduk setempat. Abu Nawas berusaha melawan tapi tidak berdaya, lalu Abu Nawas dibawa ke tempat kerumunan orang yang sedang membuat bubur tersebut.

Kemudian datanglah seorang berbadan kekar dengan golok tajam ditangannya, dia mendekati Abu Nawas. "Hei, kenapa aku ditangkap?" tanya Abu Nawas.

Salah seorang penduduk menjelaskan bahwa setiap ada orang asing, mereka akan menyembelihnya, lalu mencampurnya ke dalam bubur dan memakannya. Mendengar penjelasan itu, tentu saja Abu Nawas ketakutan. Namun, meski dalam keadaan terjepit, dia masih sempat memutar otaknya untuk dapat meyelamatkan diri dari kematian di tempat itu.

"Tunggu dulu...  badanku kurus kering, jadi dagingku tidak banyak, kalian lihat saja sendiri, Kalau mau, besok akan aku bawakan temanku yang badannya gemuk, biar kalian bisa makan lebih puas. Aku berjanji, maka lepaskan aku, "pinta Abu Nawas.

Penduduk pedalaman tersebut tertarik dengan janji Abu Nawas, dan akhirnya Abu Nawas dilepaskan. Abu Nawas memutar otaknya untuk menemukan cara agar dirinya berhasil membawa teman yang gemuk. Tiba-tiba terlintas di pikirannya Sang Raja Harun Ar-Rasyid.
"Seharusnya sang raja tahu tentang kondisi ini dan alangkah baiknya jika dia mengetahuinya sendiri," kata Abu Nawas dalam hati.

Setelah menyusun siasat, Abu Nawas segera menghadap raja. Dengan berbagai bujuk rayunya, akhirnya sang raja berhasil diajaknya pergi hanya berdua saja, tanpa pengawal. Sesampainya di kampung pedalaman itu, penduduk langsung menangkap raja. Abu Nawas pun segera meninggalkan kampung itu. Dalam hatinya dia berpikir,
"Bila raja pintar, pasti dia akan bisa membebaskan diri, tapi kalau tidak, maka dia tak pantas menjadi raja, lebih baik dia mati saja."

Sebenarnya Abu Nawas yakin bahwa rajanya cukup cerdas untuk bisa meloloskan diri dari kampung pedalaman itu.

Sementara itu, Raja Harun Ar-Rasyid yang sedang ditawan tidak menyangka sama sekali akan dimasak oleh penduduk kampung pedalaman yang masih merupakan wilayah kekuasaannya. Dalam keadaan takut, raja cepat-cepat betfikir dan berkata : "Jika dimakan dengan bubur, dagingku ini tidaklah terlalu banyak karena banyak lemaknya. Kalau diijinkan, kalian akan aku buatkan peci kemudian dijual dengan harga jauh lebih mahal daripada harga buburmu itu, "bujuk Raja Harun ke warga kampung pedalaman.

Penduduk percaya dan menyetujuinya, mereka meminta raja untuk menyelesaikan peci itu. Setelah peci selesai dibuat, raja pun dibebaskan.

Dihukum Gantung

Setelah Raja Harun Ar-Rasyid dibebaskan, Abu Nawas segera dipanggil karena telah berani membohongi dan mencelakakan rajanya sendiri.
"Wahai Abu Nawas, engkau telah membahayakan diri raja, kamu harus digantung !"ujar Raja Harun dengan marah.

Lagi-lagi, Abu Nawas berhasil memutar otaknya, dia minta diberikan waktu untuk pembelaan dirinya.
"Baiklah, tetapi kalau ucapamu tidak benar, niscaya engkau akan dibunuh hari ini juga,"ujar Raja.

"Tuan hamba, alasan hamba menyerahkan tuan kepada penduduk itu karena ingin menunjukkan fakta kepada Paduka. Karena semua kejadian yang terjadi di dalam negeri ini adalah tanggung jawab Paduka kepada Allah SWT kelak. Raja yang bijaksana sebaiknya mengetahui perbuatan rakyatnya, "kata Abu Nawas.

Setelah mendengar pembelaan diri Abu Nawas yang tepat itu, Raja Harun Ar-Rasyid menerimanya dan segera membebaskan Abu Nawas. Setelah itu raja memerintahkan perdana menteri untuk melakukan pembinaan kepada suku pedalaman yang kanibal tersebut.

Friday, July 18, 2014

Kisah Abunawas : Mahkota dari Surga


Baginda Harun Al Rasyid punya kebiasaan menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin melihat langsung kehidupan rakyatnya di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak.

Suatu hari, Baginda pergi keluar istana dengan pakaian yang sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan Raja melihat beberapa orang sedang berkumpul. Setelah didekati, ternyata ada seorang ulama sedang menyampaikan tausiah mengenai alam barzah. Tiba-tiba ada seorang pria yang datang dan bergabung di situ bertanya kepada sang ulama.

"Suatu waktu kami pernah mengintip kuburan orang kafir, tetapi kami sama sekali tidak mendengar mereka berteriak, apalagi mengalami penyiksaan-penyiksaan. Bagaimana cara kita membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?" Ulama itu berpikir sejenak, lalu berkata, "Untuk mengetahuinya harus dengan panca indra yang lain. Lihatlah orang yang sedang tidur, ia kadangkala bermimpi seram dalam tidurnya, misalnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. ia juga merasa sakit dan takut saat itu bahkan berteriak dan berkeringat. Dia merasakan hal semacam itu seperti saat tidak tidur. Sedangkan kita yang menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat dan dialaminya adalah dikelilingi ular-ular. Maka jika masalah mimpi saja sudah tidak bisa dilihat oleh mata lahir, mana mungkin engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah".

Baginda Raja yang ikut mendengar terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya mengenai alam akhirat. Ulama itu berkata bahwa di surga banyak sekali tersedia hal-hal yang disukai oleh nafsu, termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga sebab barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking indahnya, maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin terkesan dengan cerita ulama itu. Beliau pulang kembali ke istana.

Setibanya di istana, Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil menhadap Raja.

"Aku ingin engkau sekarang juga berangkat ke surga, lalu bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Sanggupkah engkau wahai Abu Nawas?"

"Sanggup Paduka yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas mustahil itu. "Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu syarat yang akan hamba ajukan."

"Apa syarat itu." tanya Baginda Raja.

"Hamba mohon Baginda menyediakan pintunya supaya hamba bisa memasukinya."

"Pintu apa?" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat." jawab Abu Nawas.

"Apa itu?" tanya Baginda ingin tahu.

"Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih menghendaki hamba mengambilkan mahkota di surga, maka dunia harus kiamat teriebih dahulu."

Mendengar penjelasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam.

Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi, "Masihkah Baginda menginginkan mahkota itu?" Baginda Raja terdiam seribu bahasa, tidak menjawab. Sejenak lalu Abu Nawas langsung memohon diri sebab Abu Nawas sudah tahu jawabnya.


Kisah Abunawas : Dua Teka-Teki Baginda Harun Al Rasyid

Syahdan, Baginda Harun Al Rasyid sedang tampak murung. Apa penyebabnya ? ternyata karena tidak ada satupun diantara menterinya yang sanggup menemukan jawaban dari 2 teka-teki pertanyaan dari Baginda. Bahkan para penasihat kerajaan pun tidak mampu memberi penjelasan yang dapat memuaskan Baginda. Padahal Baginda sendiri ingin sekali mengetahui jawaban yang sebenarnya.

Karena amat penasaran, para penasihat Raja menyarankan agar Abu Nawas saja yang memecahkan dua pertanyaan Baginda tersebut. Tak lama kemudian Abu Nawas dihadapkan kepada Raja. Baginda mengatakan bahwa akhir-akhir ini ia sulit tidur karena selalu diganggu oleh keingintahuannya menyingkap dua rahasia alam.
Abu Nawas dan Baginda Harun Al Rasyid

"Baginda yang mulia, rahasia alam manakah yang Paduka maksudkan?", tanya Abu Nawas dengan tenang.

"hhmmm... ada dua teka-teki yang selama ini menggoda pikiranku", kata Baginda.

"Bolehkah hamba mengetahui kedua teka-teki itu wahai Paduka Raja junjungan hamba."

"Baiklah ... Yang pertama, di manakah sebenarnya batas jagat raya ciptaan Allah SWT ini?" tanya Baginda.

"Di dalam pikiran, wahai Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas dengan tangkas dan tanpa ragu, "Tuanku yang mulia," lanjut Abu Nawas ’ketidakterbatasan itu ada karena adanya keterbatasan. Dan keterbatasan itu ditanamkan oleh Allah SWT di dalam otak manusia. Dari itulah, manusia tidak pernah akan tahu di mana sebenarnya batas jagat raya ini. sesuatu yang tidak terbatas tentu tak akan mampu diukur oleh sesuatu yang terbatas."

Mendengar penjelasan Abu Nawas yang masuk akal itu, Baginda Harun Al Rasyid mulai tersenyum karena merasa puas. "Wahai Abu Nawas, manakah yang lebih banyak jumlahnya : bintang-bintang di langit ataukah ikan-ikan di laut?". Tanya Baginda melanjutkan teka-teki yang kedua.

Abu Nawas tanpa ragu menjawab dengan tangkas. "Ikan-ikan di laut wahai Baginda."

"Mengapa engkau begitu yakin hai Abu Nawas ? Apakah engkau pernah menghitung jumlah ikan di laut?" tanya Baginda heran.

"Wahai Paduka yang mulia, kita semua tahu... bahwa ikan-ikan di laut setiap hari ditangkapi dalam jumlah besar, namun jumlah mereka tetap banyak seolah-olah ikan itu tidak pernah berkurang karena saking banyaknya. Sementara bintang-bintang, walaupun jumlah mereka juga banyak, mereka tidak pernah rontok." jawab Abu Nawas dengan tegas dan meyakinkan.

Seketika itu juga rasa penasaran yang selama ini menghantui Baginda hilang lenyap tak berbekas. Baginda Raja Harun Al Rasyid memberi hadiah untuk Abu Nawas harta yang cukup banyak.

Saturday, July 12, 2014

Kisah Nabi Sulaiman a.s. dan Semut cerdas


Nabi Sulaiman dikenal dapat bicara pada binatang. Suatu hari, dia sedang berjalan-jalan dan bertemu seekor semut kecil. Semut itu membawa sebutir buah kurma. Nabi Sulaiman lalu bertanya pada semut itu" Hai semut kecil, untuk apa kalian membawa sebutir buah kurma itu?".

Semut itu menjawab,"Kurma ini adalah pemberian Allah SWT untuk persediaan makan saya selama setahun."

"Kemarilah, hai semut !" kata Nabi Sulaiman.

Semut itupun mendekat kepada Sulaiman. Setelah dekat, Nabi Sulaiman lalu berkata, "Hai semut aku akan membelah buah kurma ini menjadi dua potong. Separuhnya akan aku bawa, separuh lagi untuk persediaanmu setahun. Aku akan lihat apakah kalian akan bertahan hidup dengan separuh buah kurma ini."

Kisah Nabi Sulaiman a.s. dan Semut cerdasNabi Sulaiman lalu mengambil sebuah botol dia lalu berkata,"Sekarang, masuklah kalian kedalam botol ini dengan membawa separuh buah kurma yang aku berikan."

Semut itu lalu menuruti perintah Nabi Sulaiman. Dia masuk ke dalam botol. Nabi Sulaiman lalu meniggalkannya. Setelah waktu berjalan setahun Nabi Sulaiman penasaran dengan keadaan semut kecil. apakah dia akan bertahan hidup hanya dengan separuh buah kurma? Nabi Sulaiman lalu pergi ke tempat semut kecil. Dan betapa takjubnya saat ia melihat semut itu masih hidup dan dalam keadaan segar. Sementara itu, sepotong buah kurma masih tersisa. Dia lalu bertanya pada semut kecil, "bagaimana kalian bisa bertahan hidup hanya dengan separuh buah kurma? Padahal, memerlukan satu butir buah kurma untuk setahun ?"

Semut itu lalu menjawab, "Saya banyak berpuasa dan hanya mengisap sedikit airnya. Biasanya Allah SWT memberikan sebutir buah kurma untuk makanan saya selama setahun. lalu anda mengambilnya sebagian. Maka saya takut tahun depan Allah SWT tidak memberikan kurma lagi pada saya. sebab saya tahu kalau anda bukanlah sang Pemberi Rezeki".

Friday, July 11, 2014

Kisah Abunawas : Cinta sang Pangeran


Di suatu saat Baginda Harun Al Rasyid mengadakan sayembara untuk menyembuhkan pangeran yang sedang sakit. Sayembara terpaksa dilakukan karena tak seorangpun tabib di kerajaan yang mampu mengobati penyakit pangeran tersebut. Sayembara boleh diikuti oleh seluruh rakyat tanpa terkecuali, termasuk para penduduk negeri tetangga.

Ratusan orang dari berbagai kalangan mengikuti sayembara tersebut, tapi tak seorangpun juga yang berhasil menyembuhkan sang pangeran. Akhirnya sebagai rakyat dan sahabat sang raja, Abu Nawas menawarkan jasa baik untuk menolong sang putra mahkota.

Baginda Harun Al Rasyid menerima tawaran Abu Nawas meskipun sadar bahwa dia bukanlah seorang tabib. Semua tabib yang ada di istana tercengang melihat Abu Nawas yang datang tanpa membawa apa-apa layaknya seorang tabib. Mereka berpikir mungkinkah orang macam Abu Nawas ini bisa mengobati penyakit sang pangeran? Sedangkan para tabib terkenal dengan peralatan yang lengkap saja tidak mampu. Bahkan apa penyakitnya tidak ada yang tahu. Abu Nawas merasa bahwa seluruh perhatian tertuju padanya. Namun Abu Nawas tidak begitu memperdulikannya.

Abu Nawas dengan tenang memasuki kamar pangeran yang sedang terbaring. la menghampiri sang pangeran dan duduk di sisinya. Setelah Abu Nawas dan sang pangeran saling pandang beberapa saat, Abu Nawas berkata kepada raja, "Saya membutuhkan seorang yang suka mengembara ke pelosok negeri ini."

Orang yang diinginkan Abu Nawas didatangkan. "Sebutkan semua nama-nama desa di daerah barat." perintah Abu Nawas kepada orang tua itu. Ketika orang tua itu menyebutkan nama-nama desa satu persatu, Abu Nawas menempelkan  telinganya ke dada sang pangeran. Kemudian Abu Nawas memerintahkan agar  menyebutkan bagian selatan, utara dan timur. Setelah semua bagian negeri disebutkan, Abu Nawas mohon pada raja untuk mengunjungi sebuah desa di sebelah timur. Raja merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh Abu Nawas.

"Engkau kuundang ke sini bukan untuk jalan-jalan", kata raja. "Hamba tidak bermaksud berjalan-jalan Yang Mulia." kata Abu Nawas.

"Tetapi aku belum paham." kata Raja.

"Maafkan hamba, Paduka Yang Mulia. Rasanya kurang bijaksana kalau hamba jelaskan sekarang." kata Abu Nawas. Abu Nawas pergi selama dua hari.

Sekembali dari desa itu Abu Nawas menjumpai pangeran yang masih sakit itu dan membisikkan sesuatu lalu menempelkan telinganya di dada sang pangeran. Lalu Abu Nawas menghadap Raja. "Apakah Yang Mulia masih menginginkan sang pangeran sembuh ?" tanya Abu Nawas.

"Apa maksudmu?" Raja balas bertanya.

"Sang pangeran sedang jatuh cinta pada seorang gadis desa di timur negeri ini." kata Abu Nawas menjelaskan.

"Bagaimana kau tahu?"

"Ketika nama-nama desa di seluruh negeri disebutkan tiba-tiba degup jantungnya bertambah keras saat pangeran mendengarkan nama sebuah desa di bagian utara negeri ini.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Raja.

"Mengawinkan pangeran dengan gadis desa itu."

"Kalau tidak?" kata Raja ragu-ragu.

"Cinta itu buta. Bila kita tidak berusaha mengobati kebutaannya, maka ia akan mati." Rupanya saran Abu Nawas tidak bisa ditolak. Sang pangeran adalah putra satu-satunya yang merupakan pewaris tunggal kerajaan.

Ternyata Abu Nawas benar. Begitu mendengar persetujuan sang Raja, sang pangeran berangsur-angsur pulih. Sebagai tanda terima kasih Raja memberi Abu Nawas sebuah cincin permata yang amat indah sebagai hadiah atas bantuannya.

Tuesday, July 8, 2014

Riya' dan Bahayanya : Dapat Menggugurkan Pahala

Riya' merupakan salah satu penyakit hati yang berbahaya, salah satu bahayanya riya' adalah dapat menggugurkan pahala sesorang. Mari kita ikuti kisah tentang riya' dan bahanya berikut ini.
Riya' dan Bahayanya

Pada suatu hari, saat subuh seorang ahli ibadah membaca Surah Thaha, selesai membaca ia lalu tetidur, dalam tidurnya abid itu bermimpi melihat seorang pria turun dari langit membawa kitab Al-Qur'an.

Pria itu datang memperlihatkan catatan tentang kalimat-kalimat dalam surah Thaha. Di dalam catatannya itu, ada 10 kebajikan sebagai pahala bacaannya. Tapi ia menjadi heran karena ada satu kalimat yang pernah dibacanya hilang dari catatan tersebut. Dia lalu bertanya kepada pria itu mengapa catatannya tidak lengkap, ada satu yang hilang.

Pria yang turun dari langit itu lalu menjelaskan bahwa catatan tersebut ada yang hilang karena saat membaca kalimat itu, seorang hamba Allah SWT lewat di depan rumahnya. Lalu si abid mengeraskan suaranya supaya bacaannya terdengar oleh orang yang lewat tersebut. Sebenarnya, bacaan kalimat tersebut telah tercatat amalannya, namun karena si abid riya' atau pamer dengan bacaannya, seketika itu pula datang suara dari 'Arasy, "Padamkan catatan itu dan gugurkan pahala untuk kalimat itu".

Begitulah, amalan yang kita kerjakan jika tidak diniatkan untuk Allah SWT, tapi supaya dipuji oleh orang lain, maka kita sudah masuk dalam kategori riya', niscaya kita tidak akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Friday, July 4, 2014

Nenek yang Punya Cucu-Cucu yang baik

Pada suatu hari di sebuah desa ada sebuah tas ajaib yang memiliki banyak harta. jadi banyak orang yang mau membukanya tetapi tidak ada yang bisa membukanya. Lalu ada sebuah nenek yang mau membukanya tetapi nenek-nenek itu juga tidak bisa membukanya lalu tas itu berkata kepada nenek itu"nenek bawalah cucumu kemari dan hanya dua saja dan jika kau bisa pilih yang paling baik, jika kau bisa memilihnya akanku bukakakan untukmu dan jangan lupa kalau kesempatanmu hanya sekali."Lalu nenek itu membawa cucu-cucunya. Tapi neneknya bingung yang mana yang paling baik mereka berdua sama-sama sayang orang tua sama-sama suka bantu nenek dan lain-lain. jadi mereka berdikusi"Jadi siapa diantara kalian yang paling baik"lalu kakak menjawab"kami memang sama-sama baik tapi kakak yakin kalau adik lebih baik dari pada kakak."lalu adik menjawab" Betul tu kata kakak aku memang lebih baik daripada kakak."Dan saat adik mau membuka tasnya saat itulah nenek melihat cela karena adik telah sombong jadi nenek menghentikan adik membuka tasnya dan menyuruh kakak untuk menggantikan adik untuk membukanya tasnya dan tas itu terbuka dan nenek itu sangat kaya lalu memberikan hartanya kepada anak cucunya.

Tuesday, July 1, 2014

Kisah Angsa Bertelur Emas

Ini adalah suatu cerita tentang angsa yang bertelur emas. Pada masa lalu, Pak Madur, seorang petani yang hidup di sebuah desa memiliki seekor angsa yang sangatlah cantik, dimana setiap hari ketika Pak Madur mendatangi kandang angsa, sang Angsa telah menelurkan sebuah telur emas yang indah dan berkilauan.

Pak Madun mengambil dan membawa telur-telur emas tersebut ke pasar, lalu dia menjualnya sehingga dalam waktu yang singkat Pak Madun menjadi kaya raya. Tetapi tidak lama kemudian keserakahan dan ketidak-sabaran Pak Madun terhadap sang Angsa muncul karena sang Angsa hanya memberikan sebutir telur setiap hari. Pak Madun merasa dia tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara begitu.

Suatu hari, setelah menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala Pak Madun, gagasan bahwa dia akan mendapatkan semua telur emas sang Angsa sekaligus dengan cara memotong sang Angsa. Kemudian Pak Madun mengambil angsa tersebut dan memotongnya dengan kejam. Akan tetapi, tidak ada sebuah telurpun yang dapat dia temukan, sedangkan angsanya yang sangat berharga terlanjur mati dipotong.

Pak Madun sangat menyesal dengan keserakahannya, tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur, semua telah terjadi. Setiap hari Pak Madun hanya duduk termenung memikirkan kesalahannya memotong angsa itu. Hartanya sedikit demi sedikit pun habis dan Pak Madun kembali miskin seperti dulu lagi.

Kisah Si Buruk Rupa


Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang pria tua buruk rupa yang bernama Mike. Wajahnya buruk membuat semua orang takut untuk mendekatinya sehingga dia diasingkn ke sebuah hutan. Sebenarnya wajah buruk yang dimilikinya bukanlah wajah aslinya melainkan dikutuk oleh seorang peri yang bernama Zerre yang hanya bisa musnah apabila ada seorang gadis yang mencintainya dengan setulus hati.

Pada suatu malam terjadilah hujan angin yang menyababkan seoranglaki -laki tua tidak bisa kembali pulang ke rumahnya, lalu ditengah hutan belantara dia melihat kastil si buruk rupa, dia mendekati kastil itu dan masuk Setelah dia masuk dia terkejut melihat makanan sudah terhidang di meja makan,tempat tidur sudah tertata rapi dan air hangat untuk mandi sudah tersedia. Tanpa rasa ragu dia menggunakan semua peralatan yang tersedia di dalam kastil itu, keesokan harinya dia terbangun dan kembali pulang ke rumahnya tetapi sebelum dia pulang, dia memetik setangkai mawar yang akan dia berikan kepada putrinya. Tanpa dia sangka si buruk rupa marah besar padanya dan mengatakan bapak tua itu akan di bunuh apabila dia tidak membawa seorang putri untuknya sebagai penggantinya.

Dengan perasaan yang tidak enak bapak tua itu memasuki rumahnya, ketiga putri bapak tua itu menyambutnya dengan riang gembira akan tetapi melihat raut wajah bapaknya anak-anaknya merasa sedih. Putrinya yang paling bungsu bertanya "apakah yang terjadi pada enakau bapak?", dengan perasaan terpaksa si bapak menceritakan kejadian yang dia alami kepada ketiga anaknya. Si bapak bertanya kepada ketiga putrinya" nak, menurut kalian bagaimana solusi dari masalah ini!"

Putri sulungnya berkata" bagaimana kalau si bungsu saja yang menggantikan bapak sebab menurut kami berdua dialah orang yang paling tepat. Dengan perasaan pasrah si bungsu menyetujuinya. Keesokan harinya si bungsu menuju kastil si buruk rupa. Sesampainya disana si bungsu di sambut dengan ramah oleh si buruk rupa, si bungsu merasa sangat ketakutan melihat wajah si buruk rupa.

Hari demi hari telah dia lalui bersama si buruk rupa hingga rasa takut yang dulu dia rasakan berubah menjadi rasa sayang. Pada suatu malam yang sunyi si bungsu memperoleh mimpi buruk, dalam mimpinya dia bertemu dengan seorang peri yang memberitahukan bahwa kesehatan bapaknya terganggu, tanpa ragu si bungsu menceritakan mimpinya itu pada si buruk rupa dan si bungsu ingin menjenguk bapaknya. Setalah lama berfikir akhirnya si buruk rupa mengizinkan si bungsu pulang untuk menjenguk bapaknya yang sakit dengan syarat si bungsu hanya boleh menemui bapaknya tidak lebih dari satu minggu apabila dilanggar maka si buruk rupa akan mati. Si buruk rupa maemberikan sebuah cincin kepada si bungsu dan si buruk rupa berkata " sekarang kau tidurlah dan besok pagi kau akan terbangun dirumahmu".
Kisah Si Buruk Rupa

Keesokan harinya kedua kakak si bungsu terkejut melihat si bungsu sedang memasak bubur untuk bapaknya. Karena si bungsu diperlakukan dengan istimewa oleh si buruk rupa, mereka berencana tak akan membiarkan si bungsu kembali ke kastilnya si buruk rupa. Beberapa hari lalu kesehatan bapaknya kembali putih dan sudah saatnya si bungsu kembali ke kastilnya si buruk rupa. Namun pada saat si bungsu ingin kembali kedua kakaknya mencegah dengan alasan tunggu sampai kesehatan bapak benar-benar putih dan si bungsu menyetujuinya. Satu minggu telah lewat si bungsu belum juga kembali ke kastilnya si buruk rupa, dan pada malam harinya si bungsu memperoleh mimpi si buruk rupa terbujur kaku dengan wajah yang membiru.

Tanpa berpamitan kepada bapak dan kedua kakaknya dia langsung meninggalkan rumah dan kembali ke kastil. Setelah si bungsu sampai si bungsu melihat si buruk rupa terbujur kaku.Dengan cepat si bungsu mendekati si buruk rupa dengan meneteskan air matanya. Dengan tetesan air mata si bungsu tiba-tiba si buruk rupa berubah menjadi pria yang sangat tampan yang ternyata seorang pangeran. Dengan perasaan yang bahagia mereka berdua menikah dan hidup bahagia selamanya dan kedua kakaknya mengakui semua kesalahan mereka.