Allah Swt. Berfirman :
اَلَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا ِللهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
(Yaitu) orang-orang yang apabila menimpa kepada mereka suatu musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan sesungguhnya kepadaNyalah kita semua akan kembali. (Qs : Al-Baqarah : 156).
Ayat di atas menjelaskan bahwa musibah dan anugerah adalah dua hal yang tidak luput dari kehidupan manusia.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya bagaimana menyikapi kedua hal tersebut. saat mendapat musibah kita harus bersabar, karena dengan kesabaran, berharap Allah mengampuni dosa-dosa hambanya. Begitu juga jika kita mendapat suatu anugerah, haruslah menyikapinya dengan bersyukur akan menambah tabungan untuk bekal kehidupan kelak diakherat. Barang siapa bersyukur, InsyaAllah, akan ditambah nikmatnya oleh Allah kepada orang tersebut dan barang siapa kufur sesungguhnya azab Allah sangat pedih.
Musibah pada dasarnya merupakan sesuatu yang begitu akrab dengan kehidupan. Adakah orang yang tidak pernah mendapatkan musibah, tentu tidak ada. Musibah adalah salah satu bentuk ujian yang diberikan Allah kepada manusia. Musibah adalah sunnatullah yang berlaku atas para hamba-Nya. Dan bukan berlaku pada orang-orang yang lalai dan jauh dari nilai-nilai agama saja.
Musibah juga menimpa orang-orang yang beriman, bahkan semakin tinggi kedudukan seorang hamba di sisi Allah, maka semakin berat ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepadanya. Mengapa demikian ? Karena Allah akan menguji keimanan dan ketabahan hambanya.
Sebagai contoh, selain musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501, bangsa Indonesia sekarang ini sedang dirundung berbagai musibah dimulai dari tanah longsor di Banjarnegara, banjir, gunung meletus, angin putting beliung dan lain-lain. permasalahan nasional yang tak kunjung teratasi, namun sayangnya masih sedikit yang bisa mengambil hikmah dari musibah yang sedang diderita. Ujian seharusnya dapat mendongkrak kualitas keimanan dan mengantar pada keberkahan, tapi ternyata masih sering membawa kepada murka Allah. Hal tersebut terjadi karena orang yang terkena musibah tak mampu bersikap sabar saat menghadapinya.
Agama Islam tidak membiarkan umatnya begitu saja ketika ditimpa mereka musibah. Allah Swt sudah memberikan tuntunan lewat Alquran, bagaimana seharusnya seorang hamba ketika ia mendapat musibah baik dirinya maupun orang lain.
Jika musibah diberikan kepada dirinya sendiri, cara menghadapi musibah menurut Islam maka adalah dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengucapkan kalimat "inna lillahi wa inna ilaihi rajiun" (kalimat istirja’)
Kalimat ini berarti sesungguhnya kami semua adalah milik Allah, dan kepada-Nya lah kami akan kembali. Hal ini tercantum dalam Surat al-Baqarah, ”(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun." (QS al-Baqarah: 156).
2) Memanjatkan doa kepada Allah SWT agar diberi pahala dari musibah yang dihadapinya.
Hal ini sebagaimana diajarkan Rasulullah dalam sabdanya, "Apabila kamu diberi musibah oleh Allah, maka ucapkanlah doa "Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlifha khairan minha (Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini, dan gantikanlah bagiku dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya).” (HR Muslim, Ibnu Majah, Malik, dan Ahmad bin Hanbal).
3) Bersikap sabar dan tidak berputus asa dalam menghadapi musibah
Dengan kesabaran itulah seseorang mendapatkan pahala dari musibah yang menimpanya. Seperti diajarkan dalam ayat, ”... Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS az-Zumar: 10).
4) Menerima dengan ikhlas dan tidak menyesali atau membenci musibah yang diberikan Allah SWT kepadanya.
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Siapa yang ridha atas ujian itu, maka Allah akan meridhainya. Dan siapa yang membencinya, maka Allah akan membencinya.” (HR Tirmizi).
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.