Monday, December 8, 2014

Asmaul Husna : Al-Jami’ (Yang Maha Mengumpulkan)

Dalam QS Ali Imran/3 ayat 9 Allah SWT berfirman :
رَبَّنَآ إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لاَّ رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللهَ لاَ يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Artinya: "Ya Rabb-kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya (hari kiamat)'. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji."

Jami’ asal katanya jama’ah yang berarti kumpulan, lebih dari satu atau banyak. Allah bersifat al-Jami’, artinya Allah Maha Mengumpulkan/Mempersatukan.
Selain pada hari kiamat nanti Allah akan mengumpulkan kita. Allah bersifat al-Jami’ juga dapat kita buktikan dalam kehidupan ini. Mari kita amati sistem tata surya, adakah sesuatu yang mampu mengumpulkan matahari, planet, meteor, asteroid, dan benda langit lainnya menjadi satu kesatuan sistem yang harmonis? Kemudian coba kita perhatikan kehidupan di dalam laut. Didalam laut hidup berbagai jenis makhluk yang Allah kumpulkan menjadi sebuah ekosistem laut yang saling berketergantungan, saling berhubungan dan saling membutuhkan? Subhanallah !.
Asmaul Husna Al-Jami’

Itulah asma Allah al-Jami’. Ada dua pelajaran yang dapat kita petik dari asma Allah al-Jami’.
Pertama, Allah akan mengumpulkan dan meminta pertanggungjawaban kita sebagai manusia nanti pada hari Akhir. Sudah siapkah kita mempertanggungjawabkan tugas kita sebagai khalifah Allah di muka bumi ini?
Kedua, sebagai khalifah, manusia dipercaya Allah untuk mengatur kehidupan alam semesta ini. Kita harus membumikan al-Jami’ dalam kehidupan kita. Kita harus dapat menjadi katalisator untuk membentuk persatuan dan kesatuan mahkluk-makhluk Allah sehingga menjadi satu kesatuan sistem kehidupan yang utuh, harmonis dan saling membutuhkan. Bayangkan jika sekelompok katak sawah mengasingkan diri, tidak mau menyatu karena kepentingannya dalam sebuah ekosistem sawah. Maka akan matilah seluruh burung elang, karena katak sawah telah mengingkari tugasnya sebagai makhluk yang Allah cipatakan sebagai makanan burung elang. Akibat dari pengingkaran kelompok katak sawah tersebut, maka hancurlah ekosistem sawah yang harmonis tersebut.

Pelajaran berharga untuk kita sebagai khalifah dapat kita ambil dari sifat al-Jami’-lah yang Allah tunjukkan dalam rantai makanan dan ekosistem sawah. Jagalah persatuan dan kesatuan sistem kehidupan, bertanggungjawablah pada tugas dan fungsi kita masing-masing. Jangan merasa diri yang paling baik atau paling benar. Karena hanya Allah Swt. yang dapat memutuskan mana yang benar dan mana yang salah. Jangan sok tahu dengan menghakimi orang lain bersalah, dan kemudian kita menarik diri dari tugas dan fungsi kita dalam sistem kehidupan. Bukankah Allah Swt telah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan fasik setelah beriman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-Hujuraat/49:11)

Sebagai wakil dari al-Jami’ marilah kita berusaha untuk menjadi pemersatu dari segala unsur kehidupan di dunia ini agar menjadi sebuah kehidupan yang harmonis dan indah.

1 comment:

Note: Only a member of this blog may post a comment.